PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Provinsi Banten, Emus Mustagfirin, meminta para pengusaha dalam merekrut sopir sudah sesuai dengan standar prosedur operasional.
Sebagaimana diketahui, aksi ugal-ugalan bus di jalan raya kerap berujung kecelakaan lalu lintas.
Di Banten, khususnya Pandeglang, insiden semacam ini kerap terjadi dan menjadi perhatian serius.
Ketua Organda Banten, Emus Mustagfirin, menegaskan bahwa setiap Perusahaan Otobus (PO) mesti lebih selektif dalam merekrut sopir. Pengusaha transportasi harus mengikuti SOP yang berlaku.
“Kita berikan kiat-kiat supaya perekrutan sopir harus selektif. Ikuti SOP yang ada, terutama dalam kepemilikan SIM B1 dan B2,” ungkap Emus kepada RadarBanten.co.id saat ditemui di kediamannya, di Kabupaten Pandeglang, pada Selasa, 28 Januari 2025.
Selain SIM, Emus juga menekankan pentingnya pengalaman dalam mengemudikan bus besar atau Angkutan Antarkota Antarprovinsi (AKAP).
Oleh karena itu, calon sopir harus memiliki surat pengalaman kerja atau paklaring.
“Akan tetapi, mereka juga harus dilengkapi dengan paklaring. Ini penting karena bus mengangkut banyak penumpang, bisa lebih dari 20 hingga 40 orang membawa banyak nyawa. Jadi, keselamatan harus jadi prioritas,” jelasnya.
Lanjutnya, setiap kali terjadi kecelakaan bus, sopir sering jadi kambing hitam. Padahal, bisa jadi masalahnya ada pada kendaraan yang kurang layak jalan.
“Bukan cuma faktor kelalaian pengemudi atau human error, tapi juga kondisi bus itu sendiri. Yang paling fatal, jangan sampai rem blong atau ban gundul,” ujarnya.
Menurutnya, sebelum beroperasi, setiap bus seharusnya dicek secara menyeluruh.
“Kita anjurkan, sebelum jalan, bus harus dicek and ricek dulu oleh mekanik. Jangan sampai baru sadar ada masalah setelah kejadian,” tambahnya.
Ia menjelaskan, aksi ugal-ugalan sopir bus di jalan raya sering kali terjadi karena kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Akibatnya, emosi lebih dikedepankan daripada keselamatan.
“Kadang pengemudi kita, dalam tanda kutip, tidak dibekali SDM yang baik. Akhirnya, mereka lebih mengutamakan emosi dan terjadilah balap-balapan ugal-ugalan,” ucapnya.
Untuk mengantisipasi sopir yang mengemudi dengan ugal-ugalan, tentu perlu adanya pembinaan dari Dinas Perhubungan dan pihak terkait lainnya.
Editor: Agus Priwandono