SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Pengamat Kebijakan Publik Banten Ahmad Sururi memandang jika pelaksanaan program Makan Begizi Gratis (MBG) di Provinsi Banten masih perlu dievaluasi. Hal ini perlu dilakukan agar tujuan dari program unggulan Presiden Prabowo Subianto ini dapat tepat sasaran.
Diketahui, program MBG di Banten belum terlaksana di semua daerah, hanya di wilayah Tangerang Raya saja. Sementara, daerah lainnya seperti Kabupaten Pandeglang dan Serang baru uji coba saja.
Namun, selama uji coba terdapat sederet masalah yang timbul. Seperti di Pandeglang, sedikitnya ada 28 siswa dari SDN 2 Alaswangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang diduga alami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG di sekolah mereka pada bulan Februari 2025 lalu.
Para siswa tersebut mengalami pusing, mual, muntah, dan diare. Mereka kemudian dibawa ke Puskesmas Menes untuk mendapatkan perawatan. Tidak hanya itu, di Kota Santri itu juga diramaikan dengan menu dari MBG ini.
Yang mana, menu MBG pada bulan Maret lalu hanya berupa singkong rebus, telur puyuh, susu UHT, pisang dan kurma. Menurut Sururi, dua kasus ini perlu menjadi catatan untuk dievaluasi di kemudian hari.
“Iya, ini harus dievaluasi dan jadi catatan. Ada persoalan pada pemenuhan gizi dan kualitas makanan sehat,” kata Sururi.
Katanya, evaluasinya bisa dilakukan dengan mengganti tim program MBG yang bermasalah. Sebab, program MBG ini sendiri diharapkan dapat memicu dampak positif secara sosial dan ekonomi masyarakat. Bukan malah menyebabkan masalah baru.
“Dapat berdampak positif asalkan program MBG ini harus tepat tata kelola mulai dari formulasi dan persiapan, perencanaan, implementasi, proses bisnis dan auditnya,” ucapnya.
Yang perlu digarisbawahi, kata Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) ini ialah koordinasi, alokasi anggaran, target sasaran, proses delivery makanan, mekanisme pengaduan program MBG ini. “Jika yang diukur efektifitasnya adalah distribusi dan delivery MBG ke target sasaran maka sudah efektif akan tetapi perlu dilihat juga tingkat efektifitasnya berdasarkan bagaimana proses programnya, tingkat pemenuhan gizi dan feedbacknya,” ungkapnya.
Ia memandang, program ini perlu dikawal secara konsisten dan berkelanjutan oleh semua pihak. Mengingat, anggaran yang dihabiskan untuk MBG ini tidaklah sedikit. “Secara general masih perlu ada improvement atau peningkatan untuk mencapai tingkat efektivitas yang diharapkan,” tuturnya.
Editor: Mastur Huda