SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Seorang yang mengaku peserta rekrutmen pegawai RSUD Labuan kecewa lantaran kelulusannya dibatalkan tiba-tiba.
Melalui akun Tiktok @dwi_iiz, warga Kabupaten Pandeglang ini mencurahkan isi hatinya dalam video yang berdurasi sekira 04.23 menit.
Perempuan ini mengaku lolos rekrutmen penerimaan pegawai RSUD Labuan.
“Saya sangat kecewa dengan Pemerintahan Provinsi Banten,” ujarnya.
Ia mengaku diberhentikan oleh pihak rumah sakit karena sertifikatnya yang lama.
Kata dia, kesalahan itu bukan kesalahannya, melainkan panitia.
“Untuk bisa lolos rekrutmen RSUD Labuan inii tidak mudah,” ungkapnya.
Pertama, para peserta harus meng-upload pemberkasan. Jika sertifikatnya tidak memenuhi syarat, kenapa saat seleksi administrasi diloloskan.
“Kenapa kami diloloskan, harusnya mereka dengan teliti melihat sertifikat itu berlaku atau tidak. Kan di situ sudah jelas. Dan dipersyaratannya itu tidak diterangkan sertifikat harus dari tahun berapa. Hanya mencantumkan memiliki sertifikat BTCLS. Cuma itu saja, dan saya lolos di administrasi,” tandasnya.
Setelah itu, ia mengaku, ikut tes CAT dan dinyatakan lolos.
Pengumuman kelulusannya itu disampaikan sekira pukul 13.00 WIB.
Kemudian, pukul 16.00 WIB pada hari yang sama, ia diminta kumpul untuk membawa berkas yang asli.
“Di situ pemeriksaan pemberkasan asli. Itu dicek semua. Dan saya lolos juga. Teman-teman juga lolos. Kan berkali-kali pemberkasan asli ini, dari lantai bawah sampai lantai atas, kami dicek pemberkasannya,” ungkap dia.
Kemudian, ia juga mengaku sudah tanda tangan kontrak dan ikut kegiatan pada tanggal 2 Mei 2025.
Namun, pada tanggal 3 Mei 2025, ia mengaku diberhentikan secara mendadak melalui telepon, tanpa pengumuman dan tanpa surat resmi.
“Kami punya grup WA RSUD Labuan, tapi kami enggak boleh speak up di grup, kami hanya diberitahukan melalui telepon saja. Itu pun di jam yang tidak pantas, jam-jam malam. Kalau saya, menerima di jam enam pagi untuk tidak mengikuti kegiatan selanjutnya sampai menunggu informasi. Nanti akan ada sanggahan. Sanggahan bagaimana, kami saja diberhentikan melalui telepon tanpa pemberitahuan yang jelas. Ini Pemprov lho, masa iya memberhentikan orang itu sudah kayak kuli panggul, maaf bukan menghina,” tandasnya.
Ia mengaku sudah menghadap kepala dinas, meskipun dalam video itu tak disebutkan kepala dinas mana yang dimaksud.
“Kami menunggu dari jam dua siang sampai malam untuk meminta kejelasan kepada ibu kepala Provinsi Banten, tapi kami belum dapat titik terangnya,” ungkapnya.
Kata dia, hal ini bukan kesalahannya, melainkan kesalahan panitia.
“Mohon diperiksa panitia dan jajarannya. Kami merasa dirugikan sama orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Kami sudah resign dari pekerjaan sebelumnya, setelah kami masuk ke rumah sakit, ikut kegiatan, kami diberhentikan begitu saja. Saya mohon, kami meminta keadilannya, semoga kasus ini naik ke pusat dan didengar oleh Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur Banten,” tegasnya.
Editor: Agus Priwandono