CILEGON, RADARBANTEN.CO.ID – Arus kendaraan tambang di Jalan Raya Cilegon–Bojonegara meningkat tajam pasca penutupan sementara aktivitas pertambangan di Parung Panjang, Jawa Barat.
Penutupan yang diberlakukan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sejak 26 September 2025 itu membuat jalur tambang berpindah ke wilayah hukum Polres Cilegon.
Kondisi ini menimbulkan kemacetan parah di sejumlah titik, terutama pada pagi dan sore hari. Warga mengeluhkan antrean panjang kendaraan besar yang menghambat arus lalu lintas di jalur utama menuju kawasan industri dan pelabuhan.
Kasatlantas Polres Cilegon, AKP Ridwan, dalam rapat koordinasi di Mapolres Cilegon, Kamis 9 Oktober 2025, menjelaskan bahwa kepadatan meningkat signifikan sejak kebijakan penutupan tambang di Jabar diterapkan.
“Yang mau ke Bojonegara dan Pulo Ampel itu mulai padat sejak sore hingga pagi hari. Awalnya karena kebijakan dari Gubernur Jawa Barat. Dampaknya, arus kendaraan di wilayah hukum Polres Cilegon meningkat tajam,” ungkapnya.
AKP Ridwan menyebut, ada beberapa faktor penyebab kemacetan di jalur tersebut.
Di antaranya, parkir liar bus di simpang Bojonegara yang membuat penumpang menunggu di badan jalan, masuknya kendaraan besar dari simpang Seruni, dan kondisi Jembatan Teratai yang rusak sehingga kendaraan besar harus melintas satu per satu.
Selain itu, antrean kendaraan untuk mengisi bahan bakar di SPBU jalur Bojonegara juga memperparah situasi.
“Ketika antrean BBM melebar ke badan jalan, kendaraan dari arah Pulo Ampel ke Cilegon harus menunggu giliran. Ini menyebabkan perlambatan arus di dua arah,” jelas Ridwan.
Kepadatan lalu lintas juga dipicu oleh proyek perbaikan jalan di kawasan Pulo Ampel yang membuat sistem buka-tutup diberlakukan.
Situasi ini bahkan sempat viral di media sosial karena video antrean panjang kendaraan tambang yang menumpuk hingga berjam-jam.
Reporter : Adam Fadillah
Editor: Agung S Pambudi