TANGERANG – Penyerahan surat peringatan (SP) II warga di eks lokalisasi Dadap Cheng In, Kosambi, Kabupaten Tangerang berujung bentrok, Selasa (10/5). Ratusan aparat gabungan dari Polres Metro Tangerang, Polda Metro Jaya, dan Korem Wijayakrama harus bertahan dari dua kali serangan warga. Kondisi dikepung ribuan warga membuat penyerahan SP II harus dihentikan.
Sudah Bersiap dari Pagi
Sejak pagi, ribuan warga Dadap Cheng In membuat berikade dari bambu di jalan masuk kawasan eks lokalisasi Dadap. Bentrok diawali dari penyerangan ratusan warga saat apel aparat gabungan di depan Klinik Dadap Putih, Jalan Kali Prancis sekira pukul 09.30 WIB.
Lemparan batu dan bom molotov mengenai sejumlah polisi. Warga juga mempersenjatai diri dengan parang, samurai, dan bambu runcing. Barisan polisi yang semula bubar langsung bergerak dan berhasil memukul mundur warga dengan tembakan gas air mata. Dua polisi yakni Bripka Aditya dan Handoko menderita luka di tangan.
Bentrok akhirnya mereda beberapa menit kemudian. Tidak ada lagi lemparan batu, namun suasana tetap mencekam. Ribuan warga mundur hingga Jembatan Dadap Cheng In, sembari meneriaki makian kepada petugas.
Mereka juga melarang semua orang termasuk wartawan untuk masuk ke kawasan tersebut. Selain berikade, mereka pun membakar ban di dua jalan masuk. Sejumlah warga berjaga di pos yang telah dibuat sejak penyerahan SP I, Senin (28/4) lalu. ”Jangan ke sini, masuknya hidup pulangnya mati,” kata warga yang menghentikan kendaraan saat masuk ke kawasan tersebut, seperti dilansir Harian Radar Banten.
Selain petugas, sebuah mobil pikap menjadi sasaran warga saat bentrok pecah. Massa malah melemparkan ban yang menyala ke arah pikap hingga menyebabkan kendaraan itu terbakar. Beruntung petugas segera melakukan pemadaman.
Selain itu, satu Daihatsu Terios putih dengan nopol B 1763 WKP dan Xenia hitam bernopol B 1084 TKA ikut jadi sasaran. Kaca samping dan depan dua mobil itu pecah, akibat kena lemparan batu. Hingga pukul 12.45 WIB, warga kembali menyerang polisi dari dua arah. Satu melalui Jalan Irigasi dan satu arah dari Jalan Kali Perancis. Warga menyebar lewat pasar tempel kerang hijau. Batu dan kayu berhamburan ke arah polisi. Serangan ini juga dibalas tembakan gas air mata.
Belasan tembakan peringatan diarahkan ke udara. Warga yang sudah berkumpul kembali mundur. Polisi yang mendapatkan bantuan dari Polda Metro Jaya langsung merangsek masuk.
Dari serangan balik itu, mereka berhasil menahan warga bernama Warno (50). Ia diringkus saat berlari dari kejaran petugas. Menurut Kapolres Metro Tangerang Kombes Pol Agus Pranoto warga yang ditangkap diduga memprovokasi massa untuk menyerang aparat. ”Sudah kita bawa ke Pospol Dadap,” paparnya.
Peluru karet berdentuman di sana-sini. Parang milik warga melayang ke arah petugas. Berikade ala spartan sebanyak tiga baris dibuat. ”Enggak ada cerita, kita tetap maju terus,” ujar Agus saat briefing.
Kombes Krishna Murti Turun Langsung
Massa yang maju langsung mundur hingga ke gerbang lokalisasi. Seraya mengacungkan pedang, mereka mengancam siapa pun untuk mendekat. Sebanyak 60 personel polisi akhirnya bisa maju mendekat sekitar 100 meter ke depan.
Pada pukul 16.30 WIB, Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti turun langsung ke lokasi. Sesaat setelah rapat singkat, ia maju ke depan massa. Saat itu, massa langsung berteriak. Kedua tangan Krishna mengarah ke atas sebagai simbol untuk bernegoisasi. ”Tenang bapak-bapak ibu-ibu, kita ingin berdialog sebentar,” ujarnya.
Meski demikian, warga tetap melemparkan botol kaca dan batu. Sejumlah anggota Polda Metro Jaya langsung mengerumuni. Meski demikian, ia tetap maju. Seorang perwakilan warga, Jamaludin, menemuinya dan berbicara sebentar.
Dalam negoisasi tersebut, warga meminta agar barikade polisi dibubarkan serta mengembalikan Warno ke rumah. Warga juga diminta polisi untuk menghentikan aksi bakar ban. ”Mereka mau api ikut dipadamkan, dan warga yang ditahan diserahkan kembali kepada warga,” paparnya.
Selain itu, mereka juga meminta SP II dibatalkan, Namun pihak kepolisian menolak karena hal ini urusan internal Pemkab Tangerang. ”Kalau itu (SP II-red) bukan urusan kami. Urusan kami cuma kamtibmas. Jadi harus lebih persuasiflah,” jelas Krishna.
Negosiasi yang cukup alot memakan waktu selama sejam. Setelah keluar dari kerumunan massa, Krishna memerintahkan barisan polisi bubar. Dan, akhirnya warga pun menerima. Aparat gabungan pun kembali ke barisan dan membuka arus lalu lintas. (Togar Harahap/Gugun/Radar Banten)