Batik Banten sudah mendunia. Memiliki 12 motif yang bercerita mengenai sejarah Banten ini mengandung filosofi dari nama bangunan, tempat, gelar, juga nama ruang dan situs kerajaan Banten.
Direktur PT Batik Banten Mukarnas Uke Kurniawan menceritakan proses pembuatan dari awal pemilihan kain hingga proses akhir. “Awalnya kita pilih kain polos ada empat jenis kain yakni mori, polimer, sutera dengan teknik mesin, dan sutera bukan teknik mesin. Selanjutnya kain direbus dengan tawas dan soda setelah itu dijemur. Proses penjemuran sebentar hanya beberapa jam saja,” kata pria kelahiran Serang, 59 tahun lalu, di butiknya, Jumat (7/4).
Selanjutnya, motif-motif khas Banten dicap di atas kain yang sudah direbus dan dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian kain tersebut diwarnai dan dijemur kembali.
“Kalau batik cetak proses pencetakannya cepat. Dalam sehari bisa 50 kain. Di sini tidak ada batik tulis. Sedangkan proses penjemurannya tidak boleh terlalu di bawah terik matahari karena warnanya mudah luntur,” ujar mantan pegawai Departemen PU, 24 tahun lalu
Setelah itu, kain batik dicelupkan ke bak yang berisi penguat warna dengan intensitas minimal dua kali, dan maksimal empat kali. Kemudian kain yang sudah dicelupkan tersebut dicuci dan direbus untuk menghilangkan malam (lilin). Selanjutnya proses terakhir yakni penjemuran yang memakan waktu 1×24 jam.
“Semakin pelan dan sabar proses pembuatannya hasilnya juga semakin bagus dan tahan lama,” kata pria bertubuh gemuk itu.
Meskipun cara pembuatan batik Banten cenderung sama dengan proses pembuatan batik pada umumnya, namun perbedaan batik Banten secara mendasar terlihat pada motif corak serta pengambilan filosofi dari masing-masing motif batik.
“Batik Banten cenderung warnanya lembut, tidak mencolok, seperti karakter wong Banten. Motifnya berasal dari benda-benda purbakala dan filosofinya semua ada di masing-masing motif yang tersaji di kain,” katanya.
Berbicara soal harga, batik yang sudah menjadi pakaian dinas di pemerintah Provinsi Banten ini rata-rata dibanderol per meter Rp 100.000 sampai Rp 250.000.
“Tergantung motifnya. Di sini kan ada 12 motif yaitu dataluya, kaibonan, kapurban, kawangsan, kesatriaan, langenmaita, mandalikan, memoloan, pamaranggen, pancaniti, panembahan, panjunan, pasepen, pasulaman, pesantren, sebakingking, singayaksa, srimanganti, wamilahan, surosowan,” ungkapnya. (Wirda Gariza Haq/ risawirda@gmail.com)