PASANGAN Medi dan Markonah, keduanya nama samaran, memang bukan pasangan muda lagi. Usia keduanya sudah lebih dari setengah abad. Medi, sang suami bahkan lebih tua sepuluh tahun dari Markonah. Namun, siapa yang menyangka bahwa keduanya ternyata pengantin baru. Meskipun sepintas terlihat sebagai pengantin baru. Biasa, duda ketemu janda yang masing-masing sudah beranak cucu. Usia pernikahan mereka pun belum genap satu tahun, sedang mesra-mesranya.
“Alhamdulillah, setua ini masih laku. Janda keriput juga lumayan. Yang penting ada yang nemenin,” ungkapnya. Disyukuri saja. Lumayan bekasnya buat dijadiin kulit beduk Lebaran. Hehehe, bercanda, Bah.
Hubungan mereka awalnya hanya pedagang dengan pelanggan. Medi menjadi langganan tetap sejak mengetahui kalau Markonah berstatus janda. Ceritanya modus alias modal dusta supaya bisa mendekati Markonah. Tak disangka, gerak-gerik Medi yang sudah sepuluh tahun menduda sejak ditinggal istrinya, sudah bisa dibaca wanita bertubuh bongsor tersebut.
Ternyata, Markonah dari awal sudah menyangka bahwa Medi yang berperawakan kurus dan berkumis tebal itu, sering beli nasi uduk karena ada maunya. Soalnya, tak jarang Medi sengaja beli nasi uduk dan meminta makan di tempat, pas mau pulang sampai lupa dimakan karena keasyikan mengobrol dengan Markonah. Eeaa, Abah nakal ya? “Dikit. Namanya juga jablay (jarang dibelai),” celotehnya.
Seiring waktu, di antara mereka terjadi debar-debar asmara yang memabukkan jiwa. Medi terus merayu dengan kata-kata manis dan lembut hingga Markonah tergoda dan tak sanggup lagi menahan hasratnya. Sudah kayak ABG pokoknya. Angkatan babeh gue maksudnya. Sampai akhirnya, keinginan Medi untuk memiliki hubungan spesial direspons Markonah. Gaya pacaran mereka pun, sudah seperti remaja yang sedang kasmaran. Cinta yang dirajut Medi dengan Markonah, bukan ibarat cinta monyet lagi, tapi gorila. Wauw.
Singkat cerita, mereka memutuskan menikah dengan prosesi sederhana secara agama. Hal itu dipicu satu sama lain merasa kalau anak-anaknya yang sudah pada berkeluarga tidak ada yang mengurus di rumah. Beruntung, Medi sudah punya rumah, meskipun sebatas gubuk derita. Profesinya buruh serabutan. Sebaliknya, Markonah tinggal di kontrakan dan menopang hidupnya dengan berjualan nasi uduk dari modal seadanya. “Sekarang kita serumah. Alhamdulillah, tidak punya anak juga kita bahagia,” akunya. Syukur deh.
Ada cerita lucu dan menarik di balik kehidupan rumah tangga yang dibangun pasangan kakek nenek ini. Walaupun dari segi usia keduanya terbilang sangat mapan, tak lantas menutupi sifat kekanak-kanakan mereka ketika membangun mahligai rumah tangga. Sang nenek orangnya masih suka ingin dimengerti, dimanja, dan disayang-sayang. Selain tentunya, kebutuhan sehari-hari di rumah dipenuhi ya. Apalagi, ada tambahan uang belanja. Sudah pasti bisa bikin Markonah makin sayang.
Terutama, urusan ranjang selalu menjadi pangkal permasalahan pada bahtera rumah tangga mereka. Hmmm, maklum hubungan pasangan lansia ini kan sedang hangat-hangatnya. Ketika Medi tidak mengerti atau sengaja tidak mau mengerti keinginan Markonah, sang istri bisa merajuk saat itu juga. Apa tuh yang bisa bikin Markonah merajuk? “Malu ah ceritanya,” ucap Medi. Sudah cerita saja si Bah, berbagi pengalaman?
“Jadi, si nenek (memanggil Markonah) itu, maunya Abah kalau tidur pakai sarung saja,” terangnya. Maksud Abah? “Ya, kalau lagi berduaan di kamar, kalau mau tidur si Nenek tuh suka pegang-pegang itu Abah. Makanya, enggak suka kalau Abah pakai celana dalam,” jelasnya lagi.
“Itu Abah, maksudnya apaan?
“Ah, suka pura-pura si Ncep ini. Ya itu, keperjakaan Abah,” sanggahnya. Et dah, perjaka dari mana tuh? Mana tahan.
Terus-terus, kalau sudah begitu, ngapain lagi Bah? Dijelaskan Medi, hal demikian yang bisa memancing libido Markonah untuk maju ke babak berikutnya. Sudah seperti peserta lomba saja. Maksud Medi, biasanya setelah dipegang-pegang suka berlanjut ke adegan ranjang. Sikap Markonah yang di luar batas normal itu, awalnya dinikmati Medi. Hanya lama-lama, Medi mulai jenuh. Apalagi, dia menyadari sudah tidak muda lagi sehingga kondisi tubuhnya tak lagi prima. Namun, tetap saja Medi tak bisa menolak permintaan Markonah, khawatir bisa menjadi dosa.
“Pernah Abah sekali tidur pakai sarung tapi celana dalam, ih cemberutnya si Nenek sampai seminggu. Lucu kan? Tapi, bikin mumet,” keluhnya. Yaelah segitunya. Yang sabar ya, Bah.
Kalau sudah cemberut, diceritakan Medi, sikap Markonah bisa merugikan dirinya. Markonah tidak akan masak, beres-beres, atau menyapa ketika Medi pulang. Apalagi, menyediakan makan. Yang ada, Markonah sering mengurung di kamar. Sejak itu, Medi selalu paham dengan keinginan Markonah. Meskipun perilaku yang dinilainya tak biasa itu, tak pantas dilakukan seorang wanita lansia. Kini, Medi setiap mau tidur hanya mengenakan kain sarung tanpa mengenakan celana dalam. “Ya, begitu deh. Setiap mau tidur, si Nenek ya senang pegang-pegang, dilanjutin itu,” akunya. Ya ya ya saya paham Bah itunya.
Namun, Medi mengaku kini menikmati kehidupan rumah tangganya bersama Markonah. Karena di balik perilaku buruk Markonah yang suka marajuk hanya gara-gara hal begituan, ketika dipenuhi hasratnya kakek beranak enam dan sebelas cucu itu selalu mendapatkan pelayanan terbaik dari Markonah di rumah, mau menuruti perintah, memberikan perhatian berlebih, orangnya juga baik dan ramah, rajin salat dan mengaji, serta rajin menabung. Kemudian, tak pernah melawan suami. Paling cemberut doang kalau tidak dituruti. Paling penting, Markonah paling tahu dengan makanan kesukaan Medi, yaitu ikan asin, sambal, berikut lalap petai mentah. Pokoknya, Markonah itu dinilai Medi sosok istri idaman.
“Kalau Abah lagi mau makan itu saja. Si Nenek pasti langsung beliin, terus masakin. Baik pokoknya. Cuma, syaratnya ya itu, aneh,” ungkapnya. Apaan tuh? “Ya itu, jangan pakai celana dalam,” jawabnya. Oh, jadi celana dalam yang bikin Istri merajuk. Ya salam. (Nizar S/Radar Banten)