Malang betul nasib Nur Sadah (77). Rumahnya yang berada di Kampung Jamblang, Kelurahan Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, roboh diterjang angin pada Minggu (7/5). Sudah sepekan, tapi rumah itu belum diperbaiki.
ROSTINAH – Serang
Hidup sebagai seorang janda membuatnya tak mempunyai penghasilan tetap. Namun, di usia senjanya, Ilik, sapaan Nur Sadah tetap membanting tulang dengan menjadi buruh tani atau tukang cuci dengan penghasilan yang tak seberapa sekira Rp15 ribu per hari.
Jangankan untuk memperbaiki kembali rumahnya yang roboh pekan lalu, untuk membeli beras dan bahan makanan saja kadang ia tak punya. Selain mengandalkan upahnya sebagai buruh tani, Ilik memang kerap dikirim uang dari beberapa anaknya yang merantau. Namun, uang yang dikirim anaknya pun tak seberapa karena mereka juga telah berkeluarga.
Rumah Ilik berada di Kampung Jamblang, RT/RW 001/002, Kelurahan Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen. Sabtu (13/5) sore saat Radar Banten mendatangi kediamannya, bagian rumah Ilik yang roboh sudah dirapikan. Bata-bata yang ambruk sudah tersusun rapi karena khawatir menimpa anak-anak yang kerap bermain di dekat rumahnya.
Bagian depan rumah Ilik roboh saat ia sedang menunaikan salat Ashar pekan lalu. “Tahu-tahu gubrak, Ibu (ia menyebut dirinya-red) kaget,” ujar Ilik menceritakan kejadian robohnya bagian depan rumahnya, Sabtu (13/5).
Bagian rumah yang roboh adalah dua kamar dan satu kamar mandi. Beruntung, ada dinding dan pintu penghalang yang masih agak kokoh untuk melindungi Ilik yang kini harus tidur di ruang tamu yang berhadapan langsung dengan dapur.
Di ruangan sebesar 6 x 3 meter itu, Ilik menempatkan tempat tidurnya dan beberapa kasur kapuk yang dilipat karena tak ada tempat. Sebelum terkena musibah, Ilik juga pernah mendapatkan bantuan berbagai jenis bahan bangunan dari pemerintah untuk memperbaiki rumahnya. Namun, itu sudah bertahun-tahun silam. Kini, rumah itu sudah tak kuat lagi menahan terjangan angin yang semakin kencang. “Saya mah yang penting ketutup saja supaya tidak ada ular,” tutur Ilik.
Ilik tak hidup seorang diri di dalam rumah yang berdiri di atas tanah miliknya. Ia ditemani anak perempuannya, Yani. Namun, Yani tak bisa setiap saat bersamanya. Yani terpaksa harus berada di kamar khusus lantaran mengidap gangguan jiwa.
Perempuan 40 tahun ini mengalami gangguan jiwa sejak ditinggal suaminya ke Karawang. Yani yang merupakan anak keenam Ilik menikah sejak berusia 15 tahun. Namun, tak lama menikah, Yani justru ditinggal suaminya pulang kampung dan tak pernah kembali.
Sejak saat itu, Yani pun mengidap gangguan jiwa. Ilik pun terpaksa menempatkannya di ruangan khusus karena kalau tidak Yani bisa hilang. “Dia pernah pergi dan diturunkan dengan cara ditendang dari bus. Mukanya ada sundutan rokok dan duduk di pinggir jalan,” lirih Ilik. Saat Yani hilang, Ilik sudah berjuang sekuat tenaga mencari uang sebagai ongkos menemukan anaknya. Akhirnya Yani ditemukan di Terminal Pakupatan. Sejak saat itu, Yani dikurung di kamar khusus.
Namun, nasib malang tak sampai di situ. Suatu malam, Ilik terbangun karena ada suara bising dari kamar Yani. Betapa tercengangnya Ilik saat melihat anaknya sedang diperkosa oleh tetangganya sendiri.
Saat itu, mulut Yani dibungkam sehingga tak dapat teriak. Ilik yang melihat kejadian itu langsung teriak dan meminta tolong. Saat ini, pelaku justru sudah pergi dari kampung setelah menjual rumahnya karena malu.
“Sudah tua begini, ibu harus bersihkan kotoran anak ibu itu. Kaki sudah jemper,” lirihnya.
Ia mengaku, sejak roboh belum ada bantuan yang diberikan kepadanya. “Baru Pak Lurah datang lihat kondisi,” ungkap Ilik.
Kini, seorang istri yang ditinggal suaminya yang wafat sekira 20 tahun lalu itu hanya berharap adanya bantuan untuk memperbaiki rumahnya. (*)