CILEGON – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji untuk memberikan gelar pahlawan nasional untuk tokoh pendiri Al-Khairiyah Brigjen KH Syam’un. Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat menghadiri peringatan hari ulang tahun ke-93 Al-Khairiyah di aula utama kampus Al-Khairiyah Citangkil, Jumat (11/5).
Hal itu dilontarkan oleh Jokowi setelah disinggung oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin saat memberikan tausyiah. Saat itu Ma’ruf Amin menuturkan bahwa KH Syam’un layak menyandang pahlawan nasional dengan berbagai jasanya pada masa penjajahan dulu.
Di depan ribuan tamu undangan yang terdiri atas ulama serta masyarakat umum, mantan walikota Solo itu mengaku siap meneken surat keputusan pemberian gelar pahlawan untuk KH Syam’un jika usulan itu sudah sampai ke meja kerjanya. “Terkait usulan Kiai Syam’un jadi pahlawan nasional, sampai saat ini tidak sampai ke meja saya. Kalau sudah sampai ke meja saya, ada delapan nama, dan beliau ada di delapan nama itu, saya akan langsung berikan gelar pahlawan,” ujar Jokowi yang disambut riuh tepuk tangan yang hadir dalam kesempatan itu.
Presiden Indonesia ketujuh itu menjelaskan, untuk mendapatkan gelar pahlawan membutuhkan proses yang panjang. Mulai dari pemerintah kota, kemudian ke pemerintah provinsi, kementerian, hingga tim yang memeriksa berkas usulan itu.
Menurutnya, sebelum sampai ke meja kerjanya, nama-nama tokoh yang akan diusulkan menjadi pahlawan nasional harus melalui tahapan-tahapan itu terlebih dahulu. Tim yang memeriksa berkas dan menyeleksi akan memberikan delapan nama usulan kepada dirinya. “Nah, biasanya delapan ke saya, nanti disebutin satu-satu tentu dengan alasan dan pertimbangannya, kalau nama Kiai Syam’un ada di nama itu, entah tahun ini atau tahun besok, langsung saya setujui,” ujar Presiden Jokowi menjelaskan.
Peranan ulama untuk kemerdekaan Indonesia, menurut Presiden Jokowi, sangat besar termasuk peranan KH Syam’un serta tokoh-tokoh ulama lain di Banten. Peranan serta jasa para ulama itu menurutnya tidak bisa dimungkiri lagi.
Selain menyinggung terkait gelar pahlawan nasional untuk KH Syam’un, dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi pun menyinggung terkait pesta demokrasi yang berlangsung tahun ini dan tahun depan. “Negara kita merupakan negara besar. Saat ini penduduk kita 263 juta orang, sebuah jumlah yang besar, yang hidup di 17 ribu pulau yang kita miliki, 714 suku yang berbeda adat, bahasa, ada 1.100 lebih bahasa daerah, 34 provinsi yang tersebar Sabang sampai Merauke, betapa negara ini negara besar,” tutur Presiden Jokowi.
Menurutnya, keberagaman itu merupakan anugerah dari Allah. Karena itu, jangan sampai rusak karena pesta demokrasi, baik itu pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan legislatif (pileg), maupun pemilihan presiden (pilpres).
Seluruh masyarakat perlu menyadari jika kita semua merupakan saudara sebangsa dan setanah air. Karena itu, beda pilihan saat pemilu tidak boleh menjadi pemecah. “Jangan sampai karena beda pilihan tidak saling sapa antartetangga, tidak saling sapa antarkampung, antarteman, rugi besar kita jika itu terjadi,” ujarnya.
Pemilu yang berlangsung lima tahun sekali sebaiknya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memilih pemimpin atau Wakil Rakyat yang dianggap paling baik, dengan tidak membawa urusan itu ke mana-mana.
Menurutnya, saat ini ajang pemilu menjadi liar hingga membuat satu sama lain saling menghujat. “Lihat saja di media sosial, ramainya, lupa bahwa kita saudara. Di medsos (media sosial) saling menjelekkan, saling mencemooh, saling curiga, ujaran kebencian, itu namanya suu tapakhum, curiga, gampang benci, gampang dengki, kurang pengertian, berpikiran jelek. Mestinya yang kita kembangkan khusnu tapakhum,” paparnya.
“Yang pentingnya kita pererat ukhuwahnya, ukhuwah islamiyah, ukhuwah insaniyah. Mestinya berpikir dengan penuh kecintaan, kepositifan, berbaik sangkalah,” katanya.
Terkait pemberian gelar pahlawan untuk KH Syam’un, Ketua MUI KH Ma’ruf Amin menuturkan, jasa-jasa KH Syam’un sangat besar untuk kemerdekaan Indonesia. Semangat melawan penjajahan yang ada dalam diri KH Syam’un membuat masyarakat Banten pada saat itu ikut mempunyai semangat yang sama.
Jika KH Syam’un jadi mendapatkan gelar pahlawan, menurutnya, anak dari KH Wasyid itu akan menjadi orang asli Banten pertama yang mendapatkan gelar pahlawan. “Kalau Syafrudin Prawiranegara, memang lama di Banten, tapi bukan asli Banten,” kata kiai yang juga alumnus Pondok Pesantren Al-Khairiyah itu.
Sementara itu, Ketua PB Al-Khairiyah Ali Mujahidin menuturkan, upaya untuk mengusulkan gelar pahlawan nasional untuk KH Syam’un sudah dilakukan, tetapi gagal saat sampai pada tingkat pemerintah pusat.
Menurutnya, saat ini ada beberapa hal yang harus dilengkapi. “Nanti kita akan kembali mendorong itu. Usulan sudah dan yang kemarin perlu dilengkapi pun sudah lengkap informasinya,” ujar pria yang akrab disapa Mumu itu.
Menurut Mumu, masih ada kesempatan untuk kembali mengusulkan gelar pahlawan untuk KH Syam’un di tahun ini. Karena itu, pihaknya akan terus melakukan koordinasi dengan Pemkot Cilegon hingga Pemprov Banten. “Kita yakin bisa,” ujarnya.
Untuk diketahui, Presiden Jokowi kemarin melakukan kunjungan kerja di Kota Cilegon. Menggunakan helikopter, Presiden Jokowi tiba di Lapangan Sumampir sekira pukul 10.30 WIB. Kedatangan Presiden Jokowi disambut oleh Gubernur Banten Wahidin Halim, Plt Walikota Cilegon Edi Ariadi, Kapolda Banten Brigjen Pol Listyo Sigit Prabowo, serta unsur lain dari TNI, dan lainnya.
Sekira pukul 11.00 WIB, Presiden Jokowi tiba di Al-Khairiyah. Presiden pun melaksanakan salat Jumat di masjid yang berada di kawasan pondok pesantren dan kampus milik Al-Khairiyah itu. Sekira pukul 13.30 WIB, acara peringatan Harlah Al-Khairiyah baru dimulai. Acara pun berlangsung hingga pukul 16.30 WIB.
Dalam kesempatan itu selain memberikan arahan, Presiden Jokowi pun membagikan tiga unit sepeda, buku tulis, dan hadiah lain kepada masyarakat yang hadir. (Bayu M/RBG)