Oleh: Frizka Fridayanti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2021
Rintihan mereka yang tak mampu, berharap ada yang membantu hanyalah dijadikan angin lalu. Kebungkaman yang selalu terjadi pada mereka menjadikanku ingin menuangkan ekspresi itu dalam bentuk tulisan. Aku tahu bahwa negeri ini negeri demokrasi, namun mengapa masih ada yang tidak merasakan hangatnya demokrasi?
Samar ku melihat visi misi yang tersebar di jalanan. “Akan kuciptakan kesejahteraan, kuberantas kemiskinan!” begitulah gambaran yang ku dapat. Namun aku selalu bertanya-tanya, apakah itu memang tujuan utama mereka?
Apakah itu sebuah kejujuran? Apakah itu sebuah pencerahan? Dengan angan-angan yang ia ciptakan, membuat kami berharap agar keterpukuran ini sirna. Mereka membeli suara-suara kami, suara yang kami beri yang kami percayai nyatanya ditelan dengan kemunafikan. Dibantai habis dengan kecurangan.
Di tengah pandemi melanda tanah air tercinta, mereka masih sempat merebut hak kami! Merebut apa yang kami butuhkan. Namun dimana ketika aku serta orang-orang kecil itu meminta sebuah keadilan, meminta untuk didengar. Kau bungkam suara kami, apakah kau hanya bisa menerima suara kami lima tahun sekali? Lalu dimana demokrasi?
Ternyata benar, apa yang kudengar sayup-sayup itu tentang sikap keoligarkian. Masih hidupnya sikap yang tak pantas berada di negeri ini. Jangan kau jadikan kekuasaanmu sebagai ajang meningkatkan kekayaan pribadi. Seorang pemimpin, memang seharusnya mengedepankan kesejahteraan masyarakatnya yang sedang lapar, masyarakatnya yang sedang kehausan. Haus akan keadilan dan hak-hak yang mereka tidak dapatkan. Kau munculkan monster-monster oligarki berdalih bisnis yang bisa memperluas lapangan pekerjaan. Dengan kelompok kecil nan licik kau eksploitasi besarsumber daya kami. Dengan sorak penuh semangat kami bertekad mengaspirasikan apa yang di benak ini, demi merebut kembali keadilan. Beramai-ramai anak bangsa menggemuruhkan rasa kepeduliannya terhadap negeri atas dasar cinta tanah air. Tak gentar atas hidangan peluru yang kau suguhkan. Kami tetap ingin mempertahankan suara cendekiawan muda, para petani, buruh, dan lapisan masyarakat lainnya.