Oleh : DR. H. Encep Safrudin Muhyi. MM., M.Sc., Pimpinan Pondok Pesantren Fathul Adzmi
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS.Al Qadr:1-3).
Bulan Evaluasi
Bulan suci Ramadan 1442 H kini telah memasuki fase akhir. Tinggal menghitung hari, bulan yang penuh kemuliaan ini akan segera meninggalkan kita. Tidak ada manusia yang bisa memastikan apakah ia akan kembali bertemu Ramadan tahun depan atau tidak. Saat ini adalah momentum yang tepat untuk mengevaluasi serangkaian amalan selama hari-hari Ramadan yang telah berlalu. Pada 10 hari terakhir Ramadan ini juga semestinya manusia lebih memacu semangat dibandingkan hari-hari sebelumnya, karena di dalamnya terdapat bonus besar, yaitu Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar merupakan malam yang paling dinanti umat muslim di seluruh belahan bumi saat bulan Ramadan. Sebagaimana digambarkan dalam Al Qur’an bahwa kemuliaannya lebih baik dari seribu bulan. Bulan suci Ramadan kini telah memasuki fase akhir. Tinggal menghitung hari, bulan yang penuh kemuliaan ini akan segera meninggalkan kita. Tidak ada manusia yang bisa memastikan apakah ia akan kembali bertemu Ramadan tahun depan atau tidak. Saat ini adalah momentum yang tepat untuk mengevaluasi serangkaian amalan selama hari-hari Ramadan yang telah berlalu.
Pada 10 hari terakhir Ramadan ini juga semestinya manusia lebih memacu semangat dibandingkan hari-hari sebelumnya, karena di dalamnya terdapat bonus besar, yaitu Lailatul Qadar. Lailatul Qadar merupakan malam yang paling dinanti umat muslim di seluruh belahan bumi saat bulan Ramadan. Sebagaimana digambarkan dalam Al Qur’an bahwa kemuliaannya lebih baik dari seribu bulan. Allah SWT berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS.Al-Qadr:1-3).
Sudah seharusnya, 10 hari terakhir Ramadan dioptimalkan untuk memperbanyak ibadah. Di saat inilah umat Muslim diajak untuk berlomba dalam kebaikan. Sahabat, keberadaan Lailatul Qadar ini pasti, namun kapan waktunya selalu menjadi misteri. Tanggal kedatangannya tidak ada yang dapat memastikan. Tidak ada dalil yang menyebutkan secara terang kapan waktunya terjadi. Ada berbagai perbedaan pendapat ulama terkait kapan datangnya malam penuh kemuliaan ini. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa malam kemuliaan itu terjadi di 10 hari terakhir Ramadan dan secara khusus lagi pada malam-malam ganjil, yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan 29.
Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa. Pada malam tersebut Allah akan mengabulkan segala permintaan hamba-Nya dan mengampuni dosa-dosanya. Sebagaimana Nabi SAW bersabda :
“Dan barang siapa yang beribadah pada malam Lailatul qadar semata-mata karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni dosa dosanya yang terdahulu.” (HR:Bukhari)
Mengetahui kemuliaan Lailatul Qadar seharusnya menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah di hari-hari terakhir Ramadan. Caranya dengan memperbanyak shalat malam, membaca Al-Qur’an, zikir, berdoa, membaca shalawat, tasbih, istighfar, i’tikaf, dan lainnya.
Meski dalam kondisi apapun, banyak aktivitas yang harus dilakukan di rumah termasuk beribadah, tapi tidak menghalangi semangat kita untuk meningkatkan amal ibadah. Kita tidak bisa melakukan i’tikaf, namun kita tetap dapat melaksanakan ibadah lainnya dengan penuh kekhusyukan, baik di rumah maupun di masjid untuk berburu Lailatul Qadar.
Pelaksanaan ibadah Ramadan di rumah tidak menurunkan kualitas ibadah kita. Kualitas ibadah tidak hanya ditentukan oleh tempat pelaksanaan yang penting diiringi dengan keikhlasan dan khusyu’. Sebelum terlambat, mari berburu Lailatul Qadar dengan meningkatkan kualitas ibadah kita, tidak hanya pada malam ganjil dan tidak berspekulasi kapan Lailatul Qadar itu terjadi, tetapi fokuslah beribadah di 10 hari akhir Ramadan.
Aisyah RA berkata, ‘Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, maka apa yang aku ucapkan? Beliau menjawab, ‘Bacalah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Yang suka mengampuni, ampunilah aku”
Meskipun saat ini kita berada dalam segala keterbatasan, tetaplah semangat menikmati madrasah Ramadan. Mungkin aktivitas kita terbatas, namun ampunan dan ganjaran pahala yang Allah berikan tidak terbatas.
Evaluasi yaitu melakukan penilaian terhadap sebuah proses, sejauh mana tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan. Dengan evaluasi, kita akan tahu apa kesuksesan yang sudah dicapai, apa kekurangannya, apa yang mesti diperbaiki, apa kendala yang dihadapi, dan sebagainya. Harapannya kita akan lebih baik di Ramadan berikutnya, itu pun jika kita masih diberikan usia. Ada beberapa parameter yang bisa dijadikan bahan evaluasi, yaitu puasa Ramadan, salat lima waktu berjamaah di masjid juga salat tarawih dan solat tahajud, zakat, infak, dan sedekah, membaca Alquran, serta tazkiyatu an-nafs (proses pembersihan jiwa dan hati dari berbagai dosa dan sifat-sifat tercela yang mengotorinya). Selama sebulan penuh kita dibiasakan menjaga perut kita dari makanan-makanan yang halal pada siang hari agar kita terbiasa menahan diri dari makanan-makanan yang haram.
Pada bulan Ramadan juga kita dibiasakan menjaga nafsu syahwat terhadap wanita yang dihalalkan bagi kita, yaitu istri, di siang hari, agar terbiasa menahan nafsu syahwat terhadap wanita yang diharamkan bagi kita. Mungkin kita sudah menjaga hal-hal yang membatalkan puasa, akan tetapi sudahkah kita menjaga hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa?
Coba dipikirkan dulu dua hal ini, sudah berhasilkah kita melakukannya?Selama sebulan penuh kita harusnya dibiasakan membaca Alquran dan berusaha mengkhatamkan minimal sekali, agar pikiran, hati, ucapan, dan sikap kita sesuai dengan pesan-pesan Alquran. Selain itu, sebulan ini juga kita ditempa agar terbiasa salat berjamaah di masjid baik yang wajib maupun yang sunah.
Berikutnya di samping kewajiban berzakat, di bulan ini juga kita dilatih menjadi seorang dermawan yang murah hati, senang membantu, dan meringankan beban orang lain. Sudahkah kita melakukannya? Dan yang terakhir sudahkah kita melakukan proses pembersihan jiwa dan hati dari berbagai dosa dan sifat-sifat tercela yang mengotorinya? Bulan Ramadan itu seperti madrasah, sekolah tempat kita belajar dan menuntut ilmu.
Walaupun kita merasa Ramadhan tahun ini sedikit hasil yang dapat kita peroleh, atau bahkan tidak berhasil sama sekali. Bukan berarti sekarang kita menyerah. Masih ada kesempatan besar yang diberikan Allah Ta’ala. selama nafas masih di tenggorokan, selama hayat masih di kandung badan, berarti masih ada harapan untuk melakukan perubahan. Pastinya, ke arah yang lebih baik.
Tidakkah kita menginginkan ibadah Ramadhan kita berhasil mengubah pribadi kita ? Tidak malukah kita jika selepas Ramadhan alih-alih peningkatan amal, justru kemerosotan ibadah kembali kita ulangi ? Maka, tidak ada pilihan lain bagi kita, selain memanfaatkan dengan sungguh-sungguh momen Ramadhan ini. Baik secara kualitas maupun kuantitas. Kobarkan semangat optimal untuk beramal dan beribadah di bulan suci. Tidak ada jaminan tahun depan Ramadhan bisa kita temui lagi.