PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Kondisi peralihan cuaca ke musim penghujan, awal tahun 2024 tercatat ada 172 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Pandeglang, Banten.
Dengan meningkatnya kondisi tersebut tentunya hal ini menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pandeglang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2) Dinkes Pandeglang Dian Handayani menuturkan, Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Pandeglang saat ini tengah mengalami peningkatan.
“Awal tahun 2024 ini dari 22 Januari pun laporan yang sudah kami terima dari sejumlah puskesmas itu sebanyak 172 kasus, itu menyamai kasus di bulan Desember akhir tahun 2023 lalu,” ungkapnya, Sabtu 27 Januari 2024.
Dikatakannya, berdasarkan laporan, dalam dua tahun terakhir, yakni 2022 dan 2023, terjadi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada tahun 2022, tercatat 272 kasus DBD dari Januari hingga Desember.
Lebih lanjut, sementara itu, pada tahun 2023, jumlah kasus DBD mengalami peningkatan signifikan, mencapai 531 kasus dengan peningkatan paling besar terjadi pada bulan Desember 2023, di mana terdapat 172 kasus.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, sebagian besar pasien terkena kasus DBD yang dirawat di RSUD Berkah Pandeglang maupun di Puskesmas diantaranya adalah anak balita dan anak-anak berjumlah 30 orang, sedangkan usia diatas 18 tahun atau dewasa 42 orang.
Ia menyampaikan, upaya untuk menekan penyebaran kasus DBD di wilayah Kabupaten Pandeglang melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 4M Plus.
“Dan memang kalau ada indikasi untuk penyemprotan fogging itu juga kita lakukan, karena kita sudah membagikan 36 alat fogging untuk 36 Puskesmas,” katanya.
Ia menjelaskan, kalau tempat sarang nyamuk seperti genangan air, hal itu tentu potensi perkembangan nyamuk pun ikut semakin banyak apalagi di musim penghujan saat ini.
“Pesan kami masyarakat lakukan metode 4M Plus yaitu dengan cara menutup tempat air, kemudian menguras tempat air atau diberikan bubuk Abate bisa juga diberikan ikan di dalam tempat penampungan air tersebut,” jelasnya.
“Buang barang bekas yang tidak terpakai, kemudian memantau jentik secara berkala, tentunya membersihkan lingkungan,” pungkasnya.
Reporter: Moch Madani Prasetia
Editor: Abdul Rozak