PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Obyek wisata Lembur Kula di kawasan Gunung Karang, Kampung Kalapasan, Desa Pasir Peuteuy, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang kini tak beroperasi alias ditutup total.
Penutupan tersebut disebabkan minimnya jumlah pengunjung yang datang ke lokasi wisata ini.
Diketahui, wisata Lembur Kula ini sempat viral ramai dikunjungi para wisatawan baik dari Pandeglang maupun luar daerah.
Kabar penutupan obyek wisata Lembur Kula itu disampaikan oleh Ade Kardiana selaku owner saat diwawancarai RADARBANTEN.CO.ID, Minggu 15 September 2024.
Dari pantauan RADARBANTEN.CO.ID di lokasi, suasana di lokasi tampak sepi tanpa adanya aktivitas wisatawan. Logo dan properti khas Lembur Kula telah hilang, hanya menyisakan bangunan saung bambu yang merupakan ikon tempat wisata tersebut.
Ade Kardiana menyampaikan, keputusan untuk menutup wisata tersebut diambil karena semakin sedikitnya wisatawan yang berkunjung.
“Ya untuk wisata Lembur Kula sendiri mulai September tahun 2024 ini sudah mulai di off-kan (ditutup,-red), karena pengunjung sudah berkurang,” ungkapnya Ade.
Ia menjelaskan, penurunan jumlah pengunjung yang drastis di wisata Lembur Kula terhitung sejak tahun 2023 berdampak besar pada pendapatan tempat wisata tersebut.
“Ya karena pengunjungnya sudah berkurang karena terkendala akses jalan dan penerangan jalan umum (PJU) yang kurang memadai. Pendapatan kami turun sampai 60 persen,” jelas Ade.
Meski Wisata Lembur Kula ditutup, akhirnya Ade Kardiana memilih opsi lain agar nama Lembur Kula tetap eksis. Kini, yang masih beroperasi adalah kedai kopi Lembur Kula yang berpindah lokasi tak jauh dari area wisata yang ditutup. Kedai kopi tersebut kini berada di Wisata Kampung Korea, milik Uus Sutia.
Ade memutuskan untuk berkolaborasi dengan Wisata Kampung Korea yang mengalami penurunan pengunjung serupa. Kolaborasi ini diharapkan bisa meningkatkan pariwisata di kawasan Gunung Karang.
“Makanya kita sebagai pelaku usaha kebetulan dengan wisata Kampung Korea senasib ya akhirnya kami ngobrol-ngobrol kami putuskan berkolaborasi bareng sekarang,” ucapnya.
Menurut Ade, Wisata Kampung Korea selama ini belum memiliki tempat nongkrong, dan sepinya pengunjung menjadi alasan tepat untuk berkolaborasi.
“Sekarang kami mengelola kedai kopi di Wisata Kampung Korea. Dengan begini, kami berharap bisa menambah daya tarik di sana,” tambahnya.
Ade berharap, fokus pada kedai kopi ini bisa memperkenalkan kopi lokal Gunung Karang kepada lebih banyak orang. “Tujuan utama kami tetap mengangkat kopi lokal Gunung Karang,” tutupnya.
Editor: Abdul Rozak