SERANG, RADAR BANTEN. CO. ID – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus melakukan upaya dalam menanggapi masalah gizi alias stunting bagi anak-anak di Indonesia termasuk di Banten.
Di Tanah Jawara ini, BKKBN melakukan gerakan percepatan alias quick win. Program ini mencakup lima inisiatif, yaitu Taman Asuh Anak (Tamasya), Gerakan Orangtua Cegah Stunting (GENTING), Gerakan Ayah Teladan (GATE), Lansia Berdaya, dan AI-Super App tentang Keluarga.
Kepala Kanwil BKKBP Banten, Rusman Efendi melaporkan, di Banten sendiri terdapat 283.250 keluarga beresiko stunting. Angka ini terbilang menurun jika dibandingkan sebelumnya yang mencapai satu juta lebih.
“Program-program terus kita gencarkan guna mempercepat penanganan masalah stunting di Banten ini,” ucap Efendi di Pendopo Gubernur Banten, Selasa 24 Desember 2024.
Data dari Kantor Wilayah BKKBN Banten, Kabupaten Pandeglang menduduki posisi pertama keluarga beresiko stunting 22,17 persen atau 50.882 keluarga.
Kemudian disusul oleh Kabupaten Lebak mencapai 19,20 persen atau 48.430 keluarga dan Kabupaten Serang dengan 16,63 persen atau 48.754 keluarga. Lalu Kota Serang sebesar 14,15 persen atau 18.421 keluarga, Kota Cilegon dengan 14,01 persen atau 11.636 keluarga.
Sedangkan untuk daerah yang berada di bawah rata-rata keluarga beresiko stunting ini ada di Kabupaten Tangerang, 8,69 persen atau 34.313. Kemudian Kota Tangerang Selatan 9,04 persen atau 18.876 keluarga dan Kota Tangerang 11,81 persen atau 51.938 keluarga.
Rusman menjelaskan, penanganan stunting ini tidak hanya menjadi tugas BKKBN saja. Melainkan semua elemen baik itu stakeholder pemerintah, swasta maupun masyarakat, sendiri.
“Dengan ini kita intervensi keluarga-keluarga berisiko stunting, terutama keluarga yang mempunyai ibu hamil dan anak-anak baduta (Bayi di bawah dua tahun),” katanya.
Reporter: Yusuf Permana
Editor: Aditya