LEBAK, RADARBANTEN.CO.ID-Kecamatan Cikulur, yang terletak di Kabupaten Lebak, menyimpan berbagai keindahan alam serta peninggalan sejarah yang menarik untuk dieksplorasi.
Salah satu tempat yang memiliki pesona sekaligus kaya akan cerita adalah Situs Batu Tapak Curug Seeng.
Batu jejak telapak kaki manusia yang terletak di tengah area persawahan milik warga di Kampung Pasir Waru, Desa Curug Panjang, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak.
Di atas batu besar ini tampak terlihat seperti bekas telapak sepasang kaki manusia yang berbentuk cukup panjang. Selain itu, di persawahan ini juga kita dapat melihat batu batu yang berukuran cukup besar.
Tidak hanya itu, selain batu jejak telapak sepasang kaki manusia, di area persawahan ini juga terdapat batu tapak kaki kuda, namun tidak dapat diketahui pasti kapan telapak kaki manusia dan kaki kuda ini di temukan.
Menurut pengelola situs dan warga Suarta, tapak kaki manusia ini menurut cerita dari orang orang terdahulu merupakan telapak kaki salah satu raja dari Cirebon yang pernah singgah atau beristirahat di batu besar tersebut.
“Kata orang dulu ini Patilasan Himaraja, jadi orang Cirebon sengaja adanya di daerah Curug Seeng ini di sini katanya raja ikut mampir ke sini, di batu ini. Waktu itu entah masih empuk entah masih di mana ya, dikarenakan itu batu asli tapak manusia,” kata Suarta warga setempat kepada radarbanten.co.id, Selasa 21 Januari 2025.
Ia menyebutkan, pertama kali ditemukan itu, oleh orang Cagar Budaya pada tahun 2009 sampai 2010 saat ada penelitian di kawasan Desa Curug Panjang.
“Yang pertama kali nemukan batu ini ke sini, orang dinas Cagar Budaya. Di sini cuman ini doang. Kalau bekas tapak kuda ada di belakang sana, batunya,” terangnya.
Konon katanya, jika kakinya sesuai dengan ukuran yang di batu tersebut, maka bila ada keinginan apapun bisa terkabulkan.
Namun, berdasarkan keterangan pengelola hingga saat ini belum ada orang sesuai dengan ukuran yang ada pada batu tersebut.
Untuk menuju lokasi situs batu telapak sepasang kaki manusia ini kita harus melewati persawahan dengan jarak tempuh kurang lebih satu kilometer.
Suarta mengungkapkan, banyak warga dari wilayah lain baik yang ingin melhat saja atau melakukan penelitian dengan keberadaan batu tapak tersebut.
“Alhamdulillah banyak orang dinas dan budaya ada sering kesini. Terus anak-anak mahasiswa banyak sering ke sini. Bahkan minggu kemarin juga di sini udah tiga hari di sini, anak mahasiswa dari Setia Budi Rangkas melakukan penelitian,” terangnya.
Ia berharap kepada pemerintah situs batu tapak dapat dikelola dengan baik. “Saya kepengenya yang berkunjung ke sini, enak kan, di sini kan ada saung jangan sampai ini kena air hujan untuk warga yang melihat. Terus batuny dikasih saung, lama-lama itu abis kena air hujan,” pungkasnya.
Reporter: Nurandi
Editor: Agung S Pambudi