CILEGON, RADARBANTEN.CO.ID – Walikota Cilegon Robinsar menerima audiensi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Serang untuk meningkatkan pengawasan obat dan makanan di Cilegon.
Kegiatan dilaksanakan di ruang Rapat Walikota Cilegon pada Jum’at 14 Maret 2025 yang dihadiri langsung oleh Walikota Cilegon Robinsar, Kepala BBPOM di Serang Mojaza Sirait, serta Perwakilan Dinas Kesehatan (Dinkes) Cilegon.
Dalam agenda ini BBPOM di Serang berkoordinasi dengan Walikota Cilegon, mengenai hasil pengawasan, serta upaya sinergitas ke depan bersama Walikota Cilegon.
Kepala BBPOM di Serang, Mojaza Sirait saat diwawancara oleh Radar Banten usai kegiatan audiensi menyampaikan tujuan audiensi nya adalah untuk membangun sinergitas dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon dalam hal pengawasan obat dan makanan.
“Iya siang ini kita audiensi untuk membangun sinergitas dan kerjasama yah dalam hal pengawasan obat dan makanan, tentu daerahkan punya target-target tuh dalam kaitan ini kontribusi yang bisa kami lakukan apa sehingga kehadiran kami bisa semakin lebih optimal di Cilegon dan tentu ujungnya adalah keamanan obat dan makanan dan juga pelaku usaha terutama katakanlah UMKM bisa didampingin,” ucap Mojaza.
Dirinya juga menyampaikan selama pengawasan di Kota Cilegon ada beberapa temuan yang ditemukan oleh BBPOM dalam berbagai bentuk pelanggaran dari mulai bahan berbahaya sammpai tidak lengkapnya berkas administrasi.
“Hasil pengawasan kita secara umum, misalnya di serana industri pangan rumah tangga, salah satunya misal teman-teman itu dalam sistem administrasi, dokumentasi yang belum optimal dan yang paling perlu mendapatkan perhatian soal sanitasi higienik kebersihan tempatnya, kebersihan orangnya,” tambah Mojaza.
Mojaza juga menerangkan selain penemuan permasalahan di administrasi dan kebersihan, dirinya juga menemukan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter yang bisa berbahaya bagi masyarakat.
“Kita masih menemukan penggunaan antibiotik atau penjualan antibiotik tanpa resep bakter. Ya, salah satunya adalah karena protekernya tidak optimal melakukan pengendalian dan pengawasan. Karena kalau ini dibiarkan terus-meneruskan, akan menimbulkan resisten antibiotik,” pungkasnya.
Editor: Abdul Rozak