LEBAK,RADARBANTEN.CO.ID-Sejumlah perajin tahu di Kabupaten Lebak, terpaksa mengecilkan ukuran produksi tahu mereka akibat melonjaknya harga kedelai impor. Langkah ini diambil sebagai upaya agar tetap bisa bertahan di tengah tekanan biaya produksi yang terus meningkat.
Para perajin mengaku bahwa harga kedelai impor yang menjadi bahan baku utama tahu mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Saat ini, harga kedelai impor mencapai kisaran Rp12.000 hingga Rp13.000 per kilogram, naik tajam dari harga sebelumnya yang hanya sekitar Rp9.000 per kilogram.
Imbas dari kenaikan tersebut, banyak perajin tak sanggup lagi mempertahankan ukuran tahu seperti sebelumnya.
“Kalau ukurannya tetap, kami rugi. Mau tidak mau, ukuran kami perkecil agar masih bisa produksi dan tetap jual dengan harga yang tidak terlalu tinggi,” kata Wahyu, salah satu perajin tahu di Kecamatan Rangkasbitung, Selasa 29 April 2025.
Para perajin berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan harga kedelai dan memberikan subsidi atau bantuan agar usaha mereka tidak gulung tikar.
Mereka mengingatkan, jika kondisi ini terus berlanjut, banyak usaha kecil di sektor pangan yang bisa kolaps.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak, Rahmat, membenarkan adanya lonjakan harga kedelai impor yang berdampak pada sektor perajin tahu dan tempe.
Ia menyebut kenaikan ini disebabkan oleh berbagai faktor global, termasuk krisis pasokan dari negara produsen utama seperti Amerika Serikat dan Brasil.
“Yakni ketergantungan pada impor, Indonesia termasuk Kabupaten Lebak, masih mengandalkan impor kedelai dari negara lain, seperti Amerika Serikat. Ketika pasokan dari negara-negara tersebut menipis, harga kedelai di dalam negeri pun meningkat,” tuturnya.
Ia menambah faktor lainnya yakni belum maksimalnya kedelai hasil dalam negeri. “Produksi dalam negeri yang belum optimal juga dapat menyebabkan harga kedelai meningkat,” tambahnya.
Dalam konteks Kabupaten Lebak, beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis daya saing komoditas kedelai.
“Penelitian tersebut menunjukkan bahwa petani kedelai di Kabupaten Lebak memiliki rata-rata usia 43 tahun dan luas lahan garapan rata-rata 0,91 hektare,” pungkasnya.
Reporter : Nurandi
Editor: Agung S Pambudi