KOTA TANGERANG, RADARBANTEN.CO.ID-Suasana di sisi selatan Pasar Anyar berubah semarak. Tembok-tembok kosong yang biasanya hanya menjadi latar lalu-lalang pembeli, kini penuh warna dan cerita.
Coretan kuas para seniman jalanan menghadirkan potret kehidupan pasar, lengkap dengan hiruk pikuk pedagang, aroma rempah, dan senyum ramah pembeli.
Semua itu terwujud lewat Lomba Mural Kemerdekaan Kecamatan Tangerang, bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Lomba yang dibuka langsung oleh Wali Kota Tangerang Sachrudin pada Jumat, kemarin ini menjadi ajang unjuk kreativitas seniman perwakilan dari setiap kelurahan.
Dengan tema besar “Aktivitas Pasar Anyar Sehari-hari”, para peserta menyalurkan imajinasi mereka untuk mempercantik kawasan yang baru saja selesai direnovasi.
“Berbeda dari biasanya, tahun ini kami sengaja memilih lokasi di sekitar pasar. Muralnya harus sesuai dengan aktivitas masyarakat Pasar Anyar agar selaras dengan lingkungannya,” ujar Camat Tangerang Yudi Pradana, Minggu, 10 Agustus 2025.
Bagi para peserta, kesempatan ini bukan sekadar lomba. Mereka merasa mendapatkan panggung untuk menampilkan karya seni yang biasanya hanya tersimpan di dinding-dinding tersembunyi kota.
Salah satunya adalah Dafilul Afkar, seniman muda dari Kelurahan Sukasari.
“Suasananya seru sekali. Kami disediakan ruang khusus untuk menampilkan kreativitas. Rencananya, mural yang kami buat akan punya konsep unik yang bisa menambah kesan kawasan pasar menjadi bersih, tertib, dan nyaman,” ujarnya.
Pemkot Tangerang sendiri menyiapkan hadiah bernilai jutaan rupiah bagi para pemenang. Namun, lebih dari itu, lomba mural ini dinilai memberi kontribusi nyata dalam menghidupkan geliat kesenian lokal sekaligus menekan praktik vandalisme yang selama ini mengganggu estetika kota.
Yudi menambahkan, hadiah yang menarik semakin memacu semangat seniman untuk memberikan karya terbaik.
“Harapan kami, mural-mural ini akan menjadi identitas baru Pasar Anyar.” jelasnya.
Kini, setiap sapuan kuas di dinding Pasar Anyar tak hanya mempercantik ruang publik, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan semangat kemerdekaan.
Di tengah ramainya transaksi jual-beli, seni rupa menemukan tempatnya membawa pesan bahwa kota yang indah lahir dari kolaborasi warganya.
Editor: Bayu Mulyana











