SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Profesor Dr. H.M.A. Tihami, M.A., seorang tokoh Banten sekaligus akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, berpulang ke rahmatullah pada Jumat, 5 September 2025, pukul 10.59 WIB di RSU dr. Dradjat Prawiranegara, Kota Serang.
Wafatnya sang guru besar menyisakan duka mendalam, bukan hanya bagi keluarga dan kerabat, melainkan juga bagi dunia akademik serta masyarakat Banten yang mengenalnya sebagai sosok cendekiawan bersahaja, rendah hati, dan teguh dalam pengabdiannya.
Pada sore harinya, jenazah almarhum dimakamkan di tanah kelahirannya, Desa Singarajan, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang. Sebelum diantar ke peristirahatan terakhir, jenazah disalatkan di Masjid Al-Muhajirin, Kompleks Depag Ciwaru, Kota Serang, tak jauh dari rumah duka. Suasana haru menyelimuti para pelayat yang datang memberikan penghormatan terakhir, baik di rumah duka, masjid, maupun di tanah kelahiran.
Profesor Tihami lahir pada 15 Agustus 1951 dari pasangan KH M. Sulaiman dan Hj. Zainab. Dari pernikahannya dengan Fauziah Syarbini Anhazahhzasi, dikaruniai empat orang anak yaitu Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Ivo Fauziastuti Tihamayati, Via Tuhamah Fauziastuti, dan Ovi Fauzia Tihamayati. Kehangatan keluarga menjadi penyeimbang yang kokoh di tengah kesibukan akademik dan tanggung jawab besar dalam dunia pendidikan.
Mengutip laman UIN Banten, Riwayat pendidikannya dimulai di SDN Pontang II, Pontang pada 1965. Setahun kemudian melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah, Citangkil (1966), lalu ke Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Citangkil (1969). Pendidikan menengah atas diselesaikan di Madrasah Aliyah Al-Khairiyah, Citangkil pada 1972. Selepas itu menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Syariah IAIN Sunan Gunung Djati Serang dan meraih gelar sarjana muda (BA) pada 1976. Perjalanan studinya berlanjut hingga memperoleh gelar doktorandus (Drs) di Fakultas Syariah IAIN Sunan Gunung Djati Bandung pada 1979.
Kecintaan terhadap ilmu mendorongnya melangkah lebih jauh. Pada 1992 menempuh Program Pascasarjana S2 Antropologi di Universitas Indonesia. Puncak akademik itu akhirnya diraih pada 1998 ketika berhasil menyelesaikan Program Doktor Ilmu Agama Islam di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam perjalanan kariernya, Profesor Tihami mengabdikan diri sejak awal sebagai guru. Mulai mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah Pontang (1973–1975), lalu di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Pontang (1974–1977), dan Madrasah Aliyah Al-Khairiyah Delingseng (1976–1977). Memasuki dekade 1980-an, beliau dipercaya mengajar di Sekolah Perawat Kesehatan Rangkasbitung (1980–1982) serta di Madrasah Aliyah Negeri Serang (1982–1983).
Sejak 1982, langkahnya semakin kuat di ranah akademik ketika bergabung di Fakultas Syariah IAIN Sunan Gunung Djati Serang. Dari sini, ia menapaki jenjang kepemimpinan akademik sebagai Ketua Jurusan Pidana dan Perdata Islam (1983–1986), Pembantu Dekan III (1986–1989), Dekan Fakultas Syariah (1996–1997), Ketua STAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten (1997-2000), dan akhirnya dipercaya memimpin IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten sebagai rektor pada 2000–2010. Perguruan tinggi agama Islam negeri itu kini bertransformasi menjadi Universitas Indonesia Negeri (UIN).
Sebagai seorang akademisi, Profesor Tihami melahirkan banyak karya tulis yang menjadi jejak pemikiran dan penelitiannya. Sejak masa kuliah, menulis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Undangan Walimahan (1976), kemudian Pengakuan Sebagai Salah Satu Alat Bukti (1979). Pada masa S2, ia menghasilkan kajian monumental Kyai dan Jawara di Banten (1992), sedangkan saat doktoral, mendalami Pemikiran Fiqh al-Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani (1998).
Selain itu, penelitian beliau meliputi berbagai bidang sosial, hukum, dan budaya. Di antaranya adalah Darul Islam di Massenrepulu (1984), Pengertian dan Hasrat Menikah bagi Mahasiswa (1990), Perkawinan dan Perceraian di Padarincang, Serang (1991), Metode Penafsiran al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani (1992), Estetika dan Simbolisme Masjid (1995), Tafsir al-Basmalah menurut al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani (1996), Ijtihad al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani (1997), Pemikiran al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani tentang Sumber-Sumber Fiqh (1998), hingga Kepemimpinan Kiyai di Banten (1999).
Konsistensi akademiknya juga ditunjukkan dengan kehadiran dalam forum-forum ilmiah. Salah satunya adalah makalah Gerakan Darul Islam di Sulawesi Selatan yang ia sampaikan dalam Seminar Nasional Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial LIPI pada 1984.
Dengan segudang kiprah itu, Guru Besar Ilmu Fikih dan Antropologi di UIN Banten ini dikenang bukan semata-mata sebagai seorang akademisi, melainkan juga sebagai penjaga tradisi intelektual dan budaya Banten. Beliau adalah sosok yang mampu menjembatani agama, ilmu, dan kehidupan sosial masyarakat, sekaligus menjadi teladan dalam kesederhanaan dan dedikasi.
Kini, Profesor Tihami telah tiada. Namun dedikasi, ilmu, dan teladan hidupnya akan terus mengalir, menjadi warisan berharga bagi generasi penerus. Banten, khususnya dunia pendidikan Islam, kehilangan seorang putra terbaiknya. Semoga Allah SWT menempatkan almarhum di tempat terbaik di sisi-Nya.
Editor: Mastur Huda











