SERANG – Pengurus Besar Ikatan Sarjana Pertanian Indonesia (ISPI) Tubagus Ridwan Akhmad mengatakan, kelangkaan daging sapi yang dihadapi masyarakat Indonesia ini, menunjukkan bahwa pemerintah masih ketergantungan terhadap sapi impor. Kendati sapi Impor dalam jangka pendek dapat mengatasi kelangkaan, namun bila ini terus dilakukan maka siklusnya akan terulang setiap tahun.
“Seharusnya, pemerintah menyiapkan solusi jangka panjang dengan merealisasikan swasembada daging. Tetapi karena swasembada itu merupakan kebijakan nasional, maka konsepnya harus digulirkan dari tingkat daerah sebagai percontohan,” kata Ridwan kepada wartawan, Senin (17/8/2015).
Ridwan mengatakan, untuk merealisasikan hal tesebut, Kota Serang memiliki potensi sebagai daerah pioneer yang dapat memasok persediaan daging sapi untuk beberapa wilayah terdekat.
“Sebetulnya Kota Serang berpotensi cukup besar menjadi buffer stock, stok penyangga Ibu Kota. Kota Serang dan Cilegon, itu setiap harinya tidak kurang dari 50 ekor potong. Kalau kita bisa jadi buffer stock, itu menjadi potensi yang luar biasa karena buffer stock konsepnya membina peternak lokal,” kata Ridwan.
Pemerintah Daerah, lanjut Ridwan harus membuat sebuah regulasi kepada feedloter yang ada di Kota Serang, salah satunya diwajibkan agar membina peternak lokal. “Konsepnya plasma inti. Jadi pemerintah membuat regulasi agar lima persen dari kuota impor itu untuk bina lingkungan kepada peternak lokal. Peternak menyiapkan kandang, feedloter menyiapkan sapi. Dibina dan nantinya feedloter yang membelinya,” papar Ridwan yang saat ini menjadi anggota Komisi II DPRD Kota Serang.
Ridwan menambahkan, bahwa hal ini bisa dilakukan karena setiap daerah telah menganut otonomi daerah, maka regulasinya sangat memungkinkan untuk diterbitkan. Ia mendorong agar Pemkot Serang menggulirkan aturan tersebut, agar ke depan tidak lagi terjadi kelangkaan daging sapi di pasaran dan juga peternak-peternak lokal dapat menghasilkan sapi dengan kualitas baik. (Fauzan Dardiri)