TIGARAKSA – Pemkab Tangerang masih mengkaji apakah penyelenggaraan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bisa terealisasi di tahun 2016. Pasalnya, saat ini belum terlihat perubahan yang signifikan. Salah satunya lemahnya pengawasan tenaga kerja asing.
Jumlah tenaga kerja asing tidak stabil membuat adanya ancaman mereka masuk ke daerah pelosok. Saat ini banyak perusahaan yang memakai jasa untuk pembangunan pabrik di daerah terpencil di Kabupaten Tangerang. Hal ini jelas membuat buruh resah bahwa iklim persaingan investasi akan semakin payah.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Tangerang Syafrudin mengaku hingga tahun ini jumlah tenaga asing di Kabupaten Tangerang masih stabil di kisaran angka 3.000-an. Peningkatan jumlah tenaga asing hingga mencapai angka tersebut sudah ada sejak 2007 lalu.
Tenaga asing di Kabupaten Tangerang berasal dari berbagai negara dan berbagai macam profesi, terutama untuk tenaga ahli di bidang manufaktur dan pabrik. ”Tidak ada yang jadi buruh kasar. Rata-rata tenaga ahli, atau spesialis di bidang industri dan konsultan properti,” katanya, Jumat (22/4/2016), seperti dilansir Harian Radar Banten.
Dari catatannya, Syafrudin belum mendapat laporan adanya buruh kasar dan pembantu rumah tangga (PRT) asing di Kabupaten Tangerang. Bahkan dia terkejut ketika wartawan mempertanyakan mengenai adanya PRT asing yang masuk ke Kabupaten Tangerang. ”Tidak ada. Kalau memang ada, mau digaji berapa?,” ujarnya.
Disinggung mengenai legalisasi mengenai tenaga asing pada era MEA ini, Syafrudin mengaku belum menerapkan aturan apapun. Sebab, menurut dia, hingga saat ini belum ada sosialisasi dari pemerintah pusat. “Perlu ada sosialisasi terlebih dahulu dari pemerintah pusat mengenai MEA. Karena bukan hanya perputaran tenaga kerja tapi juga produk dan sebagainya. Jadi harus ada sosialisasi dulu sampai tingkat kabupaten dan kota, dan sampai saat ini belum ada,” ujarnya.
Saat ini, Pemkab Tangerang tengah melihat beberapa prospek investasi yang mayoritas menyerap tenaga lokal salah satunya bisnis properti. “Tangerang sudah sejak lama menjadi destinasi lahan properti terbesar di asia tenggara, apalagi banyak investor yang ingin menanamkan modal di sini, jadi kabar miring bahwa banyak pabrik yang akan hengkang masih kurang jelas,” katanya. (Gugun/Togar Harahap/Radar Banten)