Siapa pun orangnya, pasti selalu menantikan saat berbahagia di malam pertama. Namun, bagaimana jadinya kalau momen bersejarah itu justru membawa petaka. Seperti dialami kisah Jijah (35) dan Jaka (37), keduanya nama samaran. Menikah di usia muda membuat mereka bersemangat mengarungi bahtera rumah tangga.
Tapi, angan-angan memiliki momongan dan berbahagia saat malam pertama sirna begitu saja. Jijah yang sudah siap berpetualang dalam kenikmatan surga duniawi bersama sang suami, harus menelan kekecewaan lantaran senjata Jaka tak bisa berdiri.
Oalah, kok bisa begitu sih, Teh?
“Duh, bagaimana ceritanya ya, malu sih kang kalau diomongin, ya pokoknya begitulah,” kata Jijah kepada Radar Banten.
Seperti diceritakan Jijah, ia yang sudah melakukan pemanasan sampai kelelahan, tak menyangka kalau senjata sang suami tak bereaksi sama sekali. Bosan dengan situasi, Jijah tak lagi menghiraukan Jaka yang tak berdaya. Ia keluar kamar dan menggerutu seorang diri.
Antara kesal dan rasa tak percaya, malam yang dalam benaknya akan berlangsung indah, nyatanya hanya menciptakan luka. Bagaimana bisa ia sampai mengalami hal demikian, yang mungkin untuk sebagian orang dianggap sangat memalukan.
Merapikan pakaian dan menunggu sang suami keluar kamar, Jijah menangis menyesali keadaan. Saat Jaka datang, amarahnya membeludak bagai gunung merapi yang meledak. Mengamuk sambil menangis histeris, Jijah mengundang perhatian keluarga dan tetangga, ketahuan deh semuanya.
Wadaw...
“Pokoknya, malam itu malam yang paling bikin saya kesal, marah, malu, gondok, semuanya campur aduk. Serasa ingn bunuh diri,” tukas Jijah emosi. Wih, jangan Teh, dosa. Nanti masuk neraka.
“Ya habisnya saya enggak menyangka, kenapa coba hal seperti itu bisa terjadi ke saya, menyesal jadinya nikah sama dia,” tuturnya.
Mungkin waktu itu Kang Jakanya lagi capek, Teh?
“Kang, secapek apa pun lelaki, kalau pas malam pertama mah atuh wayahnya bisa berdiri, ini malah enggak bereaksi sama sekali,” katanya.
Seolah tak mampu menahan emosi, malam itu juga Jijah tak mau tidur bersama sang suami. Ia meminta Jaka keluar dari kamar dan mengurung diri sambil menangis. Tiga hari kemudian, seolah tak mau lagi memberi kesempatan kedua pada Jaka, Jijah menuntut perpisahan. Membuat kisah pernikahan mereka berantakan.
Sontak hal itu menjadi omongan orang-orang. Menyebar cepat dari mulut ke mulut, peristiwa perceraian karena senjata sang suami yang loyo itu merebak di telinga masyarakat. Ujung-ujungnya keluarga ikut terkena imbasnya, ditertawakan tetangga dan teman sepermainan, Jijah nekat kabur dari rumah.
Waduh, kabur ke mana, Teh?
“Saya juga awalnya bingung mau ke mana, yang ada di pikiran saya waktu itu pokoknya harus pergi, mau ke mana ke yang penting enggak ada di rumah. Soalnya malu, Kang,” curhat Jijah.
Sempat dilarang sang ayah, akhirnya kepergian Jijah direstui setelah mengaku akan menginap di rumah bibinya di Kota Serang. Maklumlah, Jijah merupakan anak perempuan satu-satunya. Kalau sampai terjadi apa-apa, pasti orangtua tak akan terima.
Memiliki wajah yang cantik dengan lekuk tubuh seksi, membuatnya sempat berganti-ganti kekasih. Banyak lelaki yang datang untuk meminang, tetapi ia cenderung selektif dan pilih-pilih. Parahnya, sempat ada yang sampai pada tahap menyebar undangan, Jijah membatalkan pernikahan karena merasa tidak ada kecocokan.
Hingga suatu hari, kesal dengan kelakuan sang buah hati yang selektif, ayahnya memarahi, meminta Jijah untuk segera menentukan pilihan. Ibarat terkena karma atas apa yang ia lakukan, selama beberapa bulan tak ada calon yang datang, para pemuda di kampungnya merasa kalah sebelum berperang karena Jijah yang sering berganti pasangan.
Tetapi, akhirnya Tuhan juga yang menentukan. Tak sabar ingin segera mendapat momongan, sang ayah pulang bersama lelaki pilihan anak rekan sekerja, ialah Jaka. Tanpa meminta pertimbangan Jijah, kedua orangtua melangsungkan pertunangan Jijah dan Jaka.
Berperawakan kurus tinggi dengan kulit bersih, Jaka membuat Jijah terpesona. Apalagi dengan wajah tampan ala-ala lelaki kota, ia sukses membuat sang wanita jatuh cinta. Dengan ikatan pertunangan, keduanya saling berkenalan sampai timbullah rasa sayang. Jijah dan Jaka siap melangkah ke jenjang pernikahan.
Menggelar pesta besar-besaran, mengundang tamu dari berbagai kalangan, Jaka dan Jijah mengikat janji sehidup semati, mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Dengan segala kekurangan dan kelebihan di antara kedua keluarga, mereka bersiap mengarungi bahtera rumah tangga.
Hingga saat mendebarkan itu tiba, malam pertama yang tak akan bisa dilupakan setiap pasangan justru membuat Jijah kelabakan. Sang suami yang ia cintai ternyata memiliki senjata yang tak bisa berdiri, membuat sang istri kecewa setengah mati.
Kabarnya, seperti diceritakan salah satu anggota keluarga Jaka kepada Jijah, sang suami sejak muda memang memiliki penyakit impotensi atau lemah syahwat. Parahnya, hal itu tidak diceritakan baik kepada Jijah maupun keluarga. Seolah menyembunyikan rahasia besar dalam dirinya, Jaka santai saja melangsungkan pernikahan.
Malu akan keadaan, Jijah kabur dari rumah. Tiga hari kemudian, ia dijemput paksa kakaknya, diminta untuk menyelesaikan masalah rumah tangga yang sudah terlanjur membuat malu keluarga. Dengan terpaksa, Jijah pun pulang menemui kedua orangtua, meminta maaf sekaligus ingin mengakhiri rumah tangga.
Apa mau dikata, pernikahan bersama Jaka yang belum genap berusia satu minggu harus berakhir. Seolah pasrah pada keadaan, Jaka pun tak melawan, ia menuruti kemauan Jijah. Dengan segala kekecewaan, Jaka dan Jijah resmi berpisah untuk selama-lamanya.
Sabar ya Teh Jijah, semoga cepat dapat jodoh lagi yang sempurna, baik secara jasmani maupun rohani. Amin. (daru-zetizen/zee/ira/RBG)