JAKARTA – Survei terbaru dari Badan Narkotika Nasional (BNN) diketahui dari keseluruhan pengguna narkoba sebanyak 24 persennya adalah pelajar. Kondisi ini mencoreng dunia pendidikan di Indonesia.
Menanggapi hal itu, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ari Santoso tidak banyak berkomentar. Dia hanya menyebut jumlah siswa dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) berjumlah 50 juta anak. Sementara itu di tingkat perguruan tinggi (PT) sekitar 3,5 juta orang.
“Makanya kalau kita ambil berapa pengguna narkona pelajar dan mahasiswa, paling banyak pasti pelajar. Karena persentasenya itu. Jadi, di sini harus dilihat dari persentase jumlah juga,” ujar Ari di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (13/8), sebagaimana dilansir JawaPos.com.
Ari tidak menampik jika temuan BNN itu membuat situasi pendidikan menjadi memprihatinkan. Oleh karena itu, Kemendikbud dan BNN telah berkomitmen untuk memberantas bersama barang haram itu di wilayah pendidikan.
“Tapi memang ini sangat rawan. Makanya kemarin Pak Menteri bekerja sama juga dengan BNN, ya itu untuk salah satunya penanganan ini,” lanjutnya.
Meski demikian Ari menegaskan materi antinarkoba tidak perlu dimasukan dalam kurikulum belajar siswa. Sebab jika hal itu dilakukan, peserta didik akan mengalami stres akibat terbebani materi belajar yang terlalu banyak.
Namun guna memberantas narkoba ini, Kemendikbud akan memaksimalkan pendidikan karakter yang sudah berjalan di setiap sekolah. Di kegiatan itu, para siswa akan diberi pemahaman terkait bahaya barang haram tersebut.
“Yang jelas kita punya pendidikan karakter. Nah, di situ salah satunya masuk (materi) bahwa penggunaan narkoba itu bukan suatu yang baik,” tukas Ari. (sat/JPC/JPG)