PENAMBANG emas liar atau yang biasa disebut gurandil telah lama beroperasi mencari penghasilan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Masyarakat sekitar sudah melakukan kegiatan ilegal itu selama puluhan tahun.
Salah satu kawasan dimana masyarakatnya mayoritas menjadi gurandil ada di Desa Lebaksitu, Kecamatan Lebakgedong. Hampir 90 persen masyarakat di sini menjadi penambang emas di Blok Cisoka di Kawasan TNGHS. Kegiatan tersebut sudah dilakukan masyarakat sejak 1990-an dan hingga sekarang telah ada 20 lubang lebih di blok tersebut.
Salah seorang penambang yang namanya enggan disebutkan mengatakan, dirinya sudah lebih dari 15 tahun menambang emas di TNGHS. Kegiatan tersebut tidak dilakukan setiap hari. Terkadang, jika sedang musim tanam padi atau ada kegiatan keluarga, dia tidak melubang. Namun, ketika musim tanam atau panen selesai, dia dan warga lain kembali menambang emas di TNGHS.
“Kalau di Lebaksitu dan Lebakgedong pada umumnya, kebanyakan ikut nambang emas di TNGHS. Biasanya, kegiatan tersebut dilakukan berkelompok. Jadi enggak sendiri-sendiri,” katanya kepada Radar Banten di Kampung Muhara, Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebakgedong, Sabtu (11/1).
Dijelaskannya, lubang tambang di Blok Cisoka memiliki kedalaman puluhan meter. Bahkan, ada yang sampai 100 meter. Di sana, ada 20 lubang lebih dan tiap hari ramai dengan aktivitas penambangan emas. Masing-masing lubang tambang memiliki lebih dari lima cabang, tergantung keberadaan dari urat emasnya.
“Di lokasi tambang enggak terjadi longsor sama sekali. Dari Kampung Lebaktenjo dan Lebaksampay jaraknya kurang lebih dua kilometer melintasi jalan setapak dan hanya bisa dilalui dengan jalan kaki,” jelasnya.