SERANG – Dua bulan menjelang HUT ke-20 Provinsi Banten, salah satu tokoh pendirinya wafat. Ia adalah Muchtar Mandala (75). Tokoh Banten kelahiran Pandeglang, 5 Juni 1945 ini, meninggal dunia di RS Siloam Karawaci, Tangerang, Kamis (6/8) pagi, karena sakit stroke. Almarhum dimakamkan di pemakaman umum Kadu Pinang, Kecamatan Cimanuk.
Mantan Dirut Bank Bukopin itu merupakan alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Almarhum juga pernah menduduki beberapa jabatan strategis. Antara lain sebagai Sekretaris Jenderal Perbanas, Wakil Ketua Kadin Pusat, Ketua Umum Bankers Club Indonesia, pengurus ASEAN Bankin Council, wakil Indonesia di Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), wakil Indonesia di Asia-Europe Business Forum (AEBF) dan Penasehat Paguyuban Warga Banten (Puwnten).
Peran almarhum yang cukup bersejarah adalah aktivitasnya sebagai salah satu pendiri Provinsi Banten. Rumah tinggalnya di Kampung Nyi Mas Ropoh, Kabupaten Pandeglang, menjadi saksi berkumpulnya tokoh-tokoh Banten pada 23 Januari 2000. Yang selama ini dikenal sebagai tempat pembacaan “Deklarasi Nyi Mas Ropoh” yang menjadi cikal-bakal berdirinya Provinsi Baten pada 4 Oktober tahun 2000.
Putra bungsu almarhum, Teguh Prasetya mengatakan, sebelum meninggal almarhum mengumpulkan keempat anaknya untuk berbincang sebelum sakit dan dirawat di rumah sakit. “Kita sebetulnya sudah punya firasat saat Papah mengumpulkan anak-anaknya. Banyak yang kita bicarakan saat berkumpul, sebelum Papah sakit dan dirawat,” katanya di rumah duka Kampung Nyi Mas Ropoh, Pandeglang, Kamis (6/8).
Teguh mengatakan, ada beberapa pesan yang disampaikan almarhum sebelum meninggal, terutama agar menjaga hubungan baik dengan saudara dan menjaga silaturahim. “Papah berpesan agar kita sesama saudara saling menjaga dan saling akur. Papah itu selalu berpesan agar kita sebagai anak-anaknya jangan membuat masalah dan saling menjaga hubungan baik,” katanya.
Teguh mengatakan, sebelum meninggal ayahnya dirawat empat kali karena menderita stroke. Tetapi, setelah dilakukan pemeriksaan keempat, ayahnya mengidap komplikasi penyakit. “Awal dirawat sebetulnya sudah beberapa kali stroke, tapi masih kuat karena Beliau itu kan keras, stroke ketiga sudah mulai lemah dan keempat Beliau mengalami komplikasi, ginjal dan penyakit lain juga. Dari sisi medis Beliau terbilang luar biasa, dan akhirnya karena Allah lebih sayang sehingga dipanggil,” katanya.
Ditanya soal cita-cita almarhum yang belum terpenuhi. Teguh mengatakan bahwa almarhum semasa hidup terus mendiskusikan mengenai Provinsi Banten. Bahkan, kata dia, ketika jatuh sakit, ayahnya tidak pernah bosan mendiskusikan mengenai perkembangan di Provinsi Banten.
“Beliau sangat merasakan betul perjuangannya, sekarang kan sudah tercapai Provinsi Banten mandiri, namun sekarang kan masih terus berkembang dan masih proses belum sampai pada puncak keberhasilan, almarhum belum sempat melihat kemajuan Provinsi Banten pada titik kejayaannya,” katanya.
Kepergian almarhum juga meninggalkan duka mendalam bagi kepala daerah dan tokoh Banten. Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, almarhum merupakan sosok yang patut dijadikan panutan. “Beliau merupakan panutan kita bersama, karena tanpa campur tangan beliau, Provinsi Banten mungkin belum ada sampai sekarang,” katanya.
Terpisah, mantan Ketua Umum Badan Koordinasi Pembentukan Provinsi Banten (Bakor-PPB) Tryana Syam’un menyampaikan rasa dukanya terhadap sahabatnya itu. Menurut Tryana, almarhum pernah menjadi Ketua Bakor-PPB saat dirinya menjadi ketua umum.
“Beliau merupakan sosok yang sangat gigih menyuarakan keinginan masyarakat Banten untuk membentuk provinsi, terlepas dari Provinsi Jawa Barat. Dan hari ini (kemarin-red), kita semua berduka cita atas wafatnya Saudara dan sahabat karib kita Pak Muchtar Mandala,” kata Tryana saat mengenang sosok almarhum kepada Radar Banten, kemarin.
Tryana melanjutkan, sosok almarhum selama hidupnya mampu berkomunikasi dan dapat menciptakan suasana diskusi yang nyaman dan produktif. Sehingga mudah bergaul dan diterima semua kalangan. Ia berharap, kegigihan almarhum dalam mendirikan Provinsi Banten bisa diteladani oleh generasi muda. “Sekarang, kita hanya mampu mendoakan, semoga almarhum diterima disisi Allah SWT, diterima iman Islamnya, dan dimaafkan segala dosanya. Selamat jalan saudara dan sahabatku tercinta,” pungkas Tryana.
Kenangan mendalam juga disampaikan mantan Bendahara Umum Bakor-PPB H Mardini. Menurutnya, dari sekian banyak kenangannya bersama almarhum, ada satu kisah yang tidak akan pernah terlupakan.
“Sosok almarhum menjadi pemersatu para tokoh Banten dalam mendirikan Provinsi Banten. Pada tahun 1998-1999, almarhum berhasil memediasi perbedaan pandangan antara tokoh pejuang pembentukan Provinsi Banten yakni Pak Uwes Qorny dan Pak Irsyad Djuwaeli,” tutur Mardini usai melayat ke rumah duka di Pandeglang.
Mardini berharap, para pemimpin di Banten bisa meneladani sikap yang dicontohkan almarhum. “Membangun Banten harus bersama-sama, Provinsi Banten dibentuk untuk menyejahterakan semua masyarakat Banten, bukan segelintir orang,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan tokoh pendiri Provinsi Banten lainnya, Embay Mulya Syarief. “Beliau seorang pakar perbankan, pendiri Bank Bukopin, pernah menjabat Komisaris Utama Bank Muamalat. Beliau sangat mengharumkan nama Banten, setinggi apa pun jabatannya, sosok Beliau tetap sederhana,” ungkapnya.
Gubernur Banten Wahidin Halim juga langsung menyampaikan duka cita atas kepergian salah satu tokoh pendiri Provinsi Banten. “Almarhum adalah salah satu Pejuang dan Pendiri Provinsi Banten. Atas nama pribadi dan seluruh jajaran Pemprov Banten, kami mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya,” ungkap Wahidin dalam rilis resminya yang diterima Radar Banten. (dib-den/alt)