TANGERANG – Perayaan Imlek tahun ini terasa berbeda dibanding tahun-tahun lalu. Biasanya di malam Imlek, warga keturunan Tionghoa berbondong-bondong berdoa ke vihara. Namun, tahun ini mereka memanjatkan doa dari rumah saja.
Demikian pula, siang harinya. Tradisi kumpul bareng keluarga besar terpaksa ditiadakan.
Seperti diungkapkan Sudadi Lawita, warga keturunan etnis Tionghoa dari Tangerang. Saat diwawancarai Radar Banten kemarin (10/2), pria yang akrab disapa Dadi ini mengatakan, Imlek tahun ini kebiasaan kumpul bareng keluarga besar tetap ada. Hanya saja, pertemuan dilakukan secara virtual alias daring melalui zoom meeting.
“Biar bagaimana pun silaturahmi jangan sampai putus. Makanya, kita (keluarga besar-red) akan melakukan pertemuan lewat zoom meeting. Sudah disepakati. Hari Jumat, siang kira-kira jam 12.00-an,” kata Dadi.
Itu dilakukan untuk meminimalisasi sekaligus memutus rantai penyebaran Covid-19. Apalagi, saat ini perkembangan covid-19 sudah memasuki klaster keluarga. Keluarga besar Dadi tak mau mengambil resiko besar terjangkit virus ini. “Sesuai anjuran Presiden Jokowi, jangan ada kerumunan, ya kita turuti saja. Makanya, Imlek tahun ini kita sembahyang di rumah saja,” katanya.
Di rumah, sembahyang dilakukan di pelataran rumah pas malam pergantian tahun. Sembari, bakar hio. Itu sebagai wujud sembahyang pada Tuhan disertai persembahan buah.
“Buah itu bukan diartikan Tuhan makan buah, ya. Melainkan sebuah persimbolan. Biasanya orang-orang Chinese sembahyang pada Tuhannya disertai persembahan buah yang besar-besar. Itu mengandung arti bahwa jika kita bekerja keras akan menghasilkan hasil buah yang gede,” kata Dadi.
Meski tradisi kumpul keluarga besar ditiadakan, tapi penganan khas Imlek tetap tersedia di rumah Dadi. Misalnya, kue China dan dodol Benteng. Dua penganan itu membawa simbol lengket dan manis yang diartikan hubungan keluarga harus tetap lengket harmonis, tidak tercerai berai. Hubungan antar keluarga harus manis, semanis kue dan dodol Benteng ini.
Makanan lainnya yang menjadi makanan khas Imlek di kalangan China Benteng (China Tangerang-red) adalah pindang bandeng, ayam kloak dan babi cin (daging babi yang dimasak dengan bumbu kecap-red) dan sambel godok petai.
Ayah dua anak ini berharap di tahun kerbau, keluarganya diberi kesehatan, banyak rezeki dan sukses. Sedangkan untuk kondisi Indonesia, semoga pandemi covid-19 cepat berakhir.
“Kita membangun lagi. Bisnis mulai jalan lagi. Dan, kondisi Indonesia semakin membaik,” ujarnya.
Hal senada dikatakan Ike Herianti. Perempuan warga Jalan Perwira, Kota Tangerang ini mengatakan Imlek tahun ini dirinya tidak ke mana-mana alias di rumah saja.
“Presiden Jokowi kan sudah melarang untuk pergi-pergi. Biasanya kalau dulu nih (sebelum pandemi-red), kita semua ke rumah mamah. Masak-masak besar lah, gitulah istilahnya,” kata perempuan berperawakan langsing ini.
Ditambahkan dia, masak-masaknya dilakukan sehari menjelang Imlek. Meliputi membuat ketupat, rendang, ayan opor, ayam goreng, sayur orek, daging babi bagi yang suka. Penganan khas lainnya yang wajib ada di keluarga Ike adalah dodol dan kue China, meski tidak harus banyak jumlahnya. Penganan bersama buah-buahan ditaruh di meja abu.
Di tahun baru Imlek ini, Ike berharap diberikan keselamatan, panjang umur, keluarga pada sehat dan rezeki yang lancar. Intinya, semua makhluk di bumi bisa bahagia. Usaha lebih maju dibandingkan tahun kemarin.
“Sedangkan untuk Indonesia, semoga kita segera terbebas dari virus corona. Industri lebih maju lagi. Pengusaha-pengusaha dapat lebih sukses,” tutur Ike.
Meski perayaan Imlek tahun ini dijalani di tengah pandemi Covid-19, namun harus dihadapi tanpa rasa sedih. “Kita terima saja, semoga si covid cepat pergi dari Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Bambang, pengurus vihara Boen San Bio, Koang Jaya mengatakan, tahun ini tidak akan digelar perayaan di vihara. Karena saat ini masih di tengah pandemi virus corona. Jika digelar, maka akan bisa membahayakan yang datang.
“Kita tidak menggelar perayaan, pihak vihara juga sudah melakukan sosialisasi kepada para jamaah. Tetapi, yang ingin beribadah di persilahkan dengan syarat harus kurang dari 50 persen kapasitas,” ujarnya saat ditemui di Vihara Boen San Bio.
Bambang menambahkan, jamaah dari luar Kota yang sering datang pada saat Imlek juga sudah diinfokan untuk tidak datang, mengingat saat ini Kota Tangerang masih dalam zona merah penyebaran.
“Kita akan ikuti aturan pemerintah, hal tersebut demi keamanan bersama. Jadi jamaah luar kota kami juga imbau tidak perlu datang,” paparnya.
Bambang menuturkan, pihak vihara juga sudah menyiapkan aturan protokol kesehatan, seperti menyiapkan tempat cuci tangan dan juga akan menyiapkan petugas untuk melakukan pengecekan suhu tubuh.
IMBAUAN JEMAAT
Kondisi serupa juga terjadi untuk perayaan Imlek 2021 di Vihara Avalokitesvara Banten. Jemaat diimbau melaksanakan ibadah di rumah masing-masing guna mengurangi penyebaran wabah Covid-19.
Pantauan Radar Banten di Klenteng Avalokitesvara, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Rabu (10/2) siang tampak sepi. Area depan klenteng hanya ada beberapa kendaraan roda empat, gerbang klenteng pun tertutup. Para pedagang terlihat lesu lantaran hujan deras membuat jualan mereka sepi pembeli.
Di bagian dalam klenteng tak ada aktivitas sama sekali, aroma asap dupa khas klenteng terasa menusuk hidung. Suasana hening, hanya rintik hujan terdengar. “Imlek tahun ini tidak ada perayaan,” kata Humas Klenteng Avalokitesvara, Asaji Manggala Putra.
Dijelaskan Asaji, tak seperti perayaan Imlek tahun-tahun sebelumnya, imlek tahun ini pihaknya tidak melakukan pembentukan panitia pelaksanaan Imlek. Pihak vihara hanya mempersilakan jemaat untuk sembahyang, “Tapi yang sembahyang di vihara tetap kami batasi, tidak boleh sampai menciptakan kerumunan,” katanya.
Asaji mengaku tidak bisa menyebutkan berapa jumlah pasti jemaat yang diperbolehkan sembahyang di vihara, lantaran tak bisa memprediksi berapa yang akan datang di momen hari raya Imlek ini. Namun ia memastikan, pihaknya akan merapkan protokol kesehatan yang ketat. “Kami sediakan hand sanitizer, wajib memakai masker, serta pasang imbauan prokes,” tegasnya.
Kendati demikian, Asaji juga mengimbau kepada seluruh warga Tionghoa agar melaksanakan ibadah di rumah saja. Dirinya berharap pandemi Covid-19 segara berakhir, sehingga perayaan Imlek bisa dilaksanakan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Terkait kegiatan yang dilakukan di Vihara selama pandemi sendiri, Asaji mengaku menyetop semua aktivitas. Pihaknya hanya melakukan kegiatan bersih-bersih vihara di seluruh ruangan, hal ini menjadi bagian dari perawatan Vihara agar selalu dalam kondisi baik. “Pokoknya semua kegiatan distop,” ungkapnya.
Adapun perbaikan bangunan, kata Asaji, sempat dilakukan pada November hingga Desember 2020. Pihaknya memperbaiki dan mengecat ulang mulai dari ruangan utama Dhamasala Kwan Im serta para dewa, hingga beberapa interior dan eksterior pada bangunan gedung.
Sementara itu, tokoh pemuda sekaligus perwakilan pedagang di Lingkungan Vihara, Yandi Pabean menilai, pandemi Covid-19 yang menyebabkan perayaan Imlek ditiadakan, sangat membuat pedagang menderita. “Vihara jadi sepi, dagangan kami juga enggak ada yang beli,” keluhnya.
Jika tahun sebelumnya, dua minggu sebelum perayaan Imlek, vihara selalu ramai setiap hari dan pedagang pun mendapat untung. Tapi sekarang, para pedagang mengalami kerugian karena barang dagangan tak terjual. “Sudah sepi, hujan terus lagi, makin susah aja nih pedagang,” pungkasnya. (asp-ran-mg06/air)