PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Paslon nomor urut 1 Fitron Nur Ikhsan singgung soal keberadaan Sentra Industri Kecil Menengah (SIKM) pengelolaan umbi Porang yang di Pandeglang yang dinilai mubazir alias menghamburkan anggaran.
Pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Pandeglang, Fitron Nur Ikhsan dan Diana Drimawati Jayabaya, mendapat pertanyaan dari pemandu acara debat mengenai isu penting dalam Rancangan Teknokratik RPJMD Kabupaten Pandeglang 2025-2029.
Pertanyaan tersebut mengungkapkan salah satu faktor yang menghambat produktivitas sektor perdagangan, yakni rendahnya daya saing daerah. Hal ini disebabkan belum adanya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mampu mengelola pasar secara sistematis, integral, holistik, dan berkelanjutan, yang pada gilirannya berdampak pada belum optimalnya aksesibilitas pemasaran produk UMKM di Pandeglang.
Fitron menyampaikan bahwa sebuah daerah akan maju jika pemimpinnya mampu menemukan keunggulan kompetitif yang dimiliki.
Menurutnya, tidak mudah bagi seorang pemimpin di Pandeglang untuk menentukan keunggulan kompetitif secara pasti, mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi.
Fitron juga menilai bahwa kita tidak perlu berpikir terlalu makro. Ketika membahas keunggulan kompetitif dari sisi UMKM dan produk unggulan di Pandeglang, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Ia mempertanyakan mengapa pemerintah saat ini justru fokus pada hal-hal yang sebenarnya belum memiliki produktivitas besar, seperti contoh komoditas porang.
“Kita kemarin menghabiskan sedemikian banyak anggaran kita untuk budidaya Porang meskipun itu sesuatu hal yang cukup marketable disisi pasar namun demikian kita tidak memiliki keahlian yang mempuni dan hulu hilir ekosistemnya belum mampu disiapkan,” ungkapnya, Rabu 6 November 2024.
Dikatakan oleh Paslon Fitron-Diana, ke depannya mereka akan fokus untuk menemukan produk UMKM unggulan yang memiliki keunggulan kompetitif. Hal ini akan didasarkan pada potensi-potensi yang sudah dimiliki Pandeglang saat ini.
“Namun demikian pemerintah perlu hadir kita punya banyak emping dan produktivitas nya cukup besar tapi perhatian pemerintah masih belum hadir karena ekosistemnya yang tidak diciptakan,” katanya.
Oleh karena itu, sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, meski tidak mudah, langkah ini harus segera dimulai.
“Nah nanti kedepan, setelah kami menemukan keunggulan kompetitif dan itu nanti tidak bisa langsung bagi kami calon bupati mendefinisikan setelah nanti kami terpilih nanti kami ingin melakukan riset secara kholistik,” ucapnya.
Lanjutnya, dulu pernah ada upaya untuk mengembangkan pasar gula merah, namun saat itu pemerintah gagal menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Ke depan, Paslon Fitron-Diana berencana untuk melakukan riset mendalam agar bisa memulai pengembangan produk unggulan tersebut.
Reporter: Moch Madani Prasetia
Editor: Aditya