CILEGON, RADARBANTEN.CO.ID – Harta kerap dijadikan ukuran keberhasilan seseorang. Tak sedikit yang rela mengorbankan waktu, tenaga, hingga moralitas demi mengumpulkan kekayaan.
Dalam Islam, harta bukan sekadar alat pemuas ambisi dunia, melainkan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara utuh.
Harta memiliki dua sisi bisa menjadi sumber keberkahan, atau sebaliknya, menjadi jalan kehancuran.
Ajaran Islam menekankan pentingnya keseimbangan dalam mencari dan membelanjakan harta. Bekerja keras memang dianjurkan, namun harus dibarengi dengan kejujuran dan niat yang benar.
Mengelola harta dengan prinsip syariah tidak hanya mendatangkan manfaat pribadi, tapi juga berdampak positif bagi lingkungan sosial.
Boros dan pamer harta hanya akan memperluas jurang kesenjangan.
Sebaliknya, kikir juga tidak mencerminkan keimanan yang matang. Islam mendorong pemilik harta untuk tidak hanya berpikir soal dirinya sendiri, melainkan juga terhadap nasib orang-orang di sekitarnya.
Harta yang digunakan untuk kebutuhan hidup secara wajar akan menciptakan kebahagiaan dunia. Sementara harta yang dialokasikan untuk membantu sesama akan menjadi investasi abadi di akhirat. Maka, keseimbangan menjadi kunci: tidak berlebihan dan tidak pelit.
Dalam realitas sosial, masih banyak yang menganggap harta sebagai simbol status dan prestise. Gaya hidup konsumtif dan budaya pamer makin marak, apalagi di era media sosial. Fenomena ini membuat masyarakat kian mudah tergelincir dalam pola hidup hedonis yang jauh dari nilai-nilai spiritual.
Islam tidak menolak kekayaan. Namun, kekayaan harus dibarengi tanggung jawab.
Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas hartanya: dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan.
Harta tidak boleh dijadikan alat untuk menindas atau mempermalukan orang lain.
Prinsip distribusi harta dalam Islam sangat menekankan keadilan sosial. Ada hak orang miskin dalam setiap harta yang dimiliki oleh orang kaya.
Itulah sebabnya, Islam menganjurkan infak, zakat, dan sedekah sebagai instrumen pemerataan ekonomi yang berbasis keimanan.
Pengelolaan harta yang tepat akan memperkuat pondasi ekonomi umat.
Tidak hanya mencegah konflik sosial akibat kesenjangan, tapi juga menciptakan harmoni dan solidaritas.
Harta bukan hanya untuk dibanggakan, tapi harus bisa memberikan manfaat yang luas.
Pada akhirnya, keberhasilan seseorang tidak diukur dari jumlah kekayaan, melainkan sejauh mana harta yang dimilikinya dapat membawa manfaat dan keberkahan.
Kesadaran ini menjadi modal penting dalam membangun masyarakat yang adil, seimbang, dan berkeadaban.
Editor: Agus Priwandono











