PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Dunia sudah serba online, tapi UMKM di Pandeglang masih banyak yang ‘gaptek’. Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan (DKUPP) Kabupaten Pandeglang mencatat, baru sekitar 20 persen pelaku UMKM lokal yang berani memasarkan produknya secara digital.
Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi dan Pemberdayaan UMKM, Iim Suganda, mengaku pihaknya terus memberikan semangat agar UMKM tidak ketinggalan zaman.
“Sekarang zamannya serba online. Dunia ada di genggaman kita. Jadi, ayo manfaatkan media sosial dan platform digital untuk promosi produk,” kata Iim, Selasa 14 Oktober 2025.
Beberapa pelaku usaha sudah mulai mencoba peruntungan lewat WhatsApp dan Facebook. Bahkan, ada yang produknya menembus pasar internasional.
“Ada UMKM yang jualan basreng dari Panimbang, lho. Sudah sampai 15 negara lebih,” ujarnya.
Sayangnya, kontribusi penjualan online untuk omzet UMKM Pandeglang masih kecil, cuma sekitar 20 persen. Faktor penyebabnya literasi digital rendah, internet susah diakses, dan kemampuan pemasaran belum merata.
Iim mengakui, sampai saat ini DKUPP Pandeglang belum punya pelatihan khusus soal pemasaran digital. Namun, sosialisasi tetap jalan lewat kunjungan ke kampus, KKN, dan komunitas lokal.
“Kalau pelatihan khusus belum ada. Tapi tiap saya ke kampus atau KKN, selalu saya bilang dunia itu ada di genggaman kalian. Cukup pakai ponsel, nggak perlu keliling ke mana-mana,” jelasnya.
Bagi UMKM yang masih awam digital, DKUPP memberikan pendampingan sederhana. Fokusnya di marketplace dan strategi pemasaran online agar produknya dikenal lebih luas.
Soal kerja sama dengan e-commerce, DKUPP belum menggandeng Tokopedia, Shopee, Lazada, atau TikTok Shop. Tapi sudah kerja sama dengan Alfamart. Dari 50 produk yang diajukan, dua produk UMKM Pandeglang berhasil masuk, yakni kerupuk siotan dan emping Bu’ena dari Kecamatan Cikedal.
Ke depan, DKUPP bakal memperluas kerja sama serupa supaya UMKM lokal punya akses pasar lebih besar. Saat ini, jumlah UMKM di Pandeglang sekitar 7.000–8.000 unit, dengan 170 usaha aktif.
“UMKM itu dinamis. Kadang tiga bulan rame, tiga bulan sepi. Tapi intinya tetap jalan,” kata Iim.
Tantangan utama DKUPP adalah keterbatasan anggaran. Meski begitu, Iim berharap dukungan dari pemerintah pusat dan provinsi meningkat lewat Dana Alokasi Khusus (DAK).
“Kami ingin produk Pandeglang, mulai dari kuliner khas sampai olahan lokal, lebih dikenal. Kuncinya kemasan menarik, legalitas jelas, dan pemasaran digital kreatif,” tutupnya.
Reporter: Moch Madani Prasetia
Editor: Agung S Pambudi











