SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Bidan Noviana Nufus (33) mengaku telah bahagia membina bahtera rumah tangga bersama suaminya, Suhendi.
Kendati telah bahagia membina rumah tangga bersama pria yang bekerja sebagai mantri di RSUD Banten tersebut, namun nyatanya Noviana malah berselingkuh dengan mendiang Kepala Desa (Kades) Curuggoong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang Salamunasir (40).
Perselingkuhan tersebut diakui Noviana karena dia jatuh hati dengan korban. Alasan jatuh hati tersebut karena korban punya rayuan gombal.
“Ngerasa nyaman karena gombalannya,” ujar Noviana di Pengadilan Negeri (PN) Serang, Selasa 4 Juli 2023.
Noviana dihadirkan JPU sebagai saksi atas kasus kematian Salamunasir.
Untuk diketahui, Salamunasir tewas pada Minggu 12 Maret 2023 lalu. Ia tewas setelah disuntik cairan obat bius bernama rocuronium oleh Suhendi. Pria yang bekerja sebagai mantri di RSUD Banten itu menyuntik mati korban karena cemburu punya hubungan asmara dengan istrinya.
“Saya tahu setelah beberapa jam (setelah kejadian-red),” ujar Noviana di hadapan majelis hakim yang diketuai Hery Cahyono.
Noviana mengatakan, ia mendapat kabar mengejutkan itu dari ibunya. Berdasarkan cerita dari ibunya, suaminya yang membuat korban meninggal. “(Informasi-red) kalau Pak Nana (sapaan korban-red) sudah meninggal,” ungkap Noviana.
Noviana tidak memungkiri kalau ia dan korban mempunyai hubungan dekat bahkan telah berselingkuh. Perkenalan tersebut berawal saat korban menjabat sekretaris desa (sekdes) Curuggoong.
“Kenal sudah lama, sejak jadi sekdes, cuma mulai dekat tahun 2022 ini,” ujar Noviana.
Sebelum berselingkuh dengan korban, Noviana mengaku awalnya sempat dikirimi pesan WhatsApp. Pesan itu awalnya tidak direspons oleh ibu dua anak tersebut.
“Sering nyamperin ke posyandu, chating WhatsApp tapi tak saya gubris,” ungkap Noviana.
Noviana menjelaskan, pesan WhatsApp dari korban bercerita soal masalah keluarganya. Menurut korban, istri sering tak peduli dan kerap cekcok.
“Sering curhat masalah istri dan gak pernah saya ladenin,” kata Noviana.
Meski tidak merespons pesan WhatsApp, namun Noviana mengaku sering dibawa ke dukun dan kiai oleh korban. Di sana, ia diberi air minum dan dimandikan.
“Katanya buat kepentingan masyarakat (supaya tenteram-red),” ungkap Noviana.
Tindakannya yang mau dibawa ke dukun dan kiai diakui Noviana adalah tindakan yang bodoh. Sebab, tindakan tersebut tidak ada kaitannya dengan ritual yang dia jalani di tempat dukun dan kiai.
“Saya sadar kok saya oon ya, katanya kepentingan masyarakat kok saya yang minum (air dari kiai dan dukun-red),” ungkap Noviana.
Usai beberapa kali mengikuti ritual di tempat kiai dan dukun, korban sambung Noviana, masih sering mengirim pesan WhatsApp. Pada bulan Agustus 2022, ia yang terus dikirimi pesan akhirnya merasa nyaman dengan korban.
“Pertengahan Agustus, baru saya gubris. Sering WA-an, saya merasa nyaman,” akunya.
Kedekatan dengan korban tersebut, membuat Noviana berliburan bersama di Bromo. Di sana, ikut enam orang saudaranya. Mereka keponakan, adik sepupu dan beserta istrinya.
“Pergi ke Bromo tiga hari, suami (terdakwa-red) tahunya berangkat dengan teman kerja,” kata Noviana.
Dalam sidang tersebut, Noviana mengaku menyesal telah memiliki kedekatan khusus dengan korban. Sebab, saat berhubungan dengan korban, ia sering mengeluarkan uang pribadi.
“Dibilang rugi, rugi banget terutama finansial. Saya benar-benar dihabisin sama dia (korban-red),” ungkap Noviana.
Noviana mengungkapkan, hubungan ia dengan korban tersebut adalah kesalahan. Sebab, ia telah melanggar hukum agama. “Salah (hubungan dengan korban-red), melanggar hukum agama dan segalanya,” ungkapnya.
Noviana mengatakan, hubungan asmara itu akhirnya tercium oleh suaminya pada akhir Desember 2022. Namun, saat itu ia berbohong saat memberikan penjelasan.
“Suami lihat foto, saya jelaskan. Saya berbohong tidak ada hubungan apa-apa,” kata Noviana.
Noviana juga mengatakan, ia sempat ingin berhenti menjalin hubungan asmara dengan korban. Ia beralasan takut ketahuan dengan istri korban. “Takut ketahuan istrinya, tapi dia ngebet,” ungkap Noviana.
Untuk bukti bahwa ia pernah meminta berhenti berhubungan, pesan WhatsApp dari korban sengaja tidak dihapus.
“Saya pernah bilang untuk hayu udahan, ada WhatsApp-nya pak (menyebut hakim-red),” tutur Noviana. (*)
Reporter: Fahmi
Editor : Aas Arbi