SERANG, RADARBANTEN.CO.ID-Selama dua bulan terakhir, sebanyak 67 kasus kekerasan dialami oleh perempuan dan anak di Banten.Jumlah itu berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) basis data waktu kejadian periode 2024.
Pada aplikasi Simfoni, dari 67 kasus itu, 39 di antaranya merupakan anak-anak. Rinciannya, 13 anak laki-laki dan 29 anak perempuan. Dari 39 kasus kekerasan anak, kasus kekerasan seksual paling banyak terjadi, yakni 27 kasus.
Disusul 18 kasus kekerasan psikis, penelantaran satu kasus dan dua kasus lainnya.
Dari segi usia, anak berusia 16-17 tahun adalah yang paling rentan menjadi korban. Untuk lokasi, kasus terbanyak terjadi di lingkungan rumah tangga sebanyak 21 kasus, di sekolah empat kasus, fasilitas umum tiga kasus, tempat kerja satu kasus dan tempat lainnya 10 kasus.
Sementara untuk sebaran kasus, Kota Tangerang menempati posisi pertama dengan 11 kasus, disusul Kota Cilegon sembilan kasus, Lebak lima kasus, Pandeglang empat kasus.
Adapun pelaku dari kekerasan ini paling banyak dilakukan oleh orang dekat korban, seperti tetangga, keluarga atau saudara, teman dekat, hingga pacar.
Melihat tingginya kasus kekerasan anak di Provinsi Banten dengan jumlah korban rata-rata memasuki usia remaja dan kekerasan seksual menjadi kasus tertinggi, maka perlu dilakukan edukasi mengenai pencegahan kekerasan. Di antaranya melalui pelatihan kecakapan hidup. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kecakapan hidup remaja berkaitan dengan upaya melindungi diri dari kekerasan.
Oleh karena itu, BKKBN Banten bersama Forum GenRe Indonesia Banten mengadakan Pelatihan Upgrade Workshop Tentang Kita (Life Skill & Kekerasan Seksual) bagi pengelola Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) Tingkat Kabupaten/Kota Tahun 2024.
“Remaja adalah garda terdepan dalam membangun negeri. Mereka perlu diberi pembekalan melalui kegiatan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. PIK-R sangat berperan dalam hal ini, termasuk dalam ikut menurunkan angka kelahiran pada remaja,” kata Yuda Ganda Putra, Sekretaris BKKBN Banten, Jumat 23 Februari 2024.
Yuda menuturkan, BKKBN Banten mempunyai target menurunkan Age Specific Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun menjadi 10 per 1.000 kelahiran, sementara Provinsi Banten baru mencapai 14,30 per 1.000 kelahiran.
“Saya berharap para pengelola PIK-R ini dapat menggaungkan Pendewasaan Pernikahan (PUP) sehingga mampu menekan angka kelahiran remaja usia 15-19 tahun,” ungkapnya.
Dikatakannya, workshop ini merupakan salah peningkatan kapasitas fasilitator sebaya untuk memperkaya materi GenRe (Generasi Berencana) terkait pentingnya kesiapan seorang remaja melalui penguasaan keterampilan hidup dan terhindar dari kekerasan seksual.
“Life skill ini dapat membantu remaja untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan kompetensi pada saat menghadapi kenyataan hidup. Life skill umumnya diterapkan dalam konteks kesehatan dan sosial seperti pencegahan penggunaan narkoba, kekerasan seksual, kehamilan remaja, pencegahan HIV/AIDS, dan pencegahan bunuh diri,” ujar Yuda.
Yuda mengatakan peningkatan penguasaan life skill pada remaja merupakan upaya memberdayakan remaja agar dapat mengambil tindakan positif untuk melindungi diri, meningkatkan kesehatan dan hubungan sosial yang positif, dan memiliki ketahanan diri yang baik.
“Ketahanan diri dimaksud adalah kemampuan remaja untuk mengendalikan diri, menghindari diri, dan menolak segala perilaku negatif yang dapat merugikan dirinya dan orang lain, yang mengakibatkan tidak mampu melewati 5 transisi kehidupan remaja dengan baik,” tutupnya.
Editor : Merwanda