SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Pengamat politik beberkan alasan, petahana di Kota Serang tumbang pada Pilkada Kota Serang 2024.
Diketahui, dari hasil rekapitulasi perhitungan perolehan suara oleh KPU Kota Serang, pasangan Budi Rustandi-Nur Agis Aulia unggul telak di enam kecamatan.
Budi-Agis pada Pilkada Kota Serang dinilai mampu membagi tugasnya dalam perebutan suara, baik dari pemilih di perkotaan, maupun perdesaan.
Pasangan nomor urut 02 ini juga memiliki keuntungan tersendiri, setelah pemilih petahana seperti Syafrudin dan Subadri yang pecah kongsi di Pilkada tahun ini.
Selain itu, posisi pasangan Budi-Agis juga dianggap menguntungkan untuk meyakinkan masyarakat, bahwa pemerintahan sebelumnya belum mampu membawa Kota Serang lebih maju.
Hal itu terlihat dari berbagai kritikan yang sering digencarkan oleh pasangan yang diusung oleh Gerindra dan PKS. Baik melalui media sosial, maupun saat debat pasangan calon.
Pengamat politik sekaligus peneliti Populi Center, Usep Saepul Ahyar mengatakan, pasangan Budi-Agis memiliki keunggulan yang lebih baik, apabila dibandingkan dengan dua pasangan lainnya.
“Persoalan-persoalan lain yang menentukan kemenangan itu dalam konteks Pilkada itu selain visi misi program, lalu kemudian personal branding ,logistik, jaringan, serta partai pengusung, ya memang Budi-Agis saya kira memang lebih unggul di sisi itu,” kata Usep.
Menurut Usep, Budi-Agis juga cukup berhasil dalam pembagian tugas untuk mempengaruhi pemilih di Kota Serang.
“Misalnya Agis yang lebih cenderung di perkotaan, sementara Pak Budi ya di pemilih-pemilih di pedesaan. Walaupun semuanya Kota Serang ini kan masih ada karakter-karakter pedesaan,” ungkap Usep.
Kata Usep, petahana yang sudah tidak bersatu menjadi alasan lainnya, hingga pasangan Budi-Agis memperoleh suara yang sangat tinggi.
“Antara 01 dan 03 ada berebut ceruk juga, antara masyarakat yang mendukung dua petahana itu. Itu juga membuat keuntungan bagi 02, saya melihat itu” tutur Usep.
Usep juga menyoroti koalisi gemuk yang dilakukan oleh pasangan Ratu Ria-Subadri Ushuludin. Menurutnya, kekalahan pasangan 02 ini, akibat mesin partai politik yang tidak bekerja maksimal.
Kemudian, tidak seluruhnya pemilih dari partai pengusung akan memilih pasangan calon yang diusungnya, atau biasa disebut sebagai split ticket.
“Sering kali begitu, dan itu di Kota Serang saya kira terjadi. Ternyata figur paslon itu lebih kuat, dan jaringan yang dibikin paslon di luar partai itu juga menjadi sangat berpengaruh,” kata Usep.
Editor: Abdul Rozak