SERANG, RADARBANTRN.CO.ID – Nelayan di Wadas, Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang kesulitan untuk melaut. Pasalnya kondisi cuaca yang terjadi beberapa pekan terakhir buruk sehingga membuat mereka tidak bisa menangkap ikan.
Kondisi tersebut membuat pendapat nelayan di Wadas anjlok. Bahkan tak sedikit dari mereka yang harus meminjam uang untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau untuk modal melaut.
Seorang nelayan Bojonegara, Sobri mengaku, cuaca mulai tidak bersahabat dengan nelayan sejak tiga bulan terakhir. Mereka tidak bisa melaut setiap hari karena kondisi tersebut mulai dari angin kencang hingga hujan deras yang menyebabkan banjir.
“Sejak tiga bulan lalu cuaca ga bagus, jadi ikannya ga ada, angin kencang. Tradisi nelayan saat paceklik paling satu minggu dua kali atau sekali, kalau ga kebayar bekel, berhenti satu minggu,” katanya, saat ditemui di pelabuan Desa Wadas, Rabu, 11 Desember 2024.
Ia mengatakan, kondisi kian diperparah sejak beberapa minggu terakhir ketika hujan deras mulai mengguyur. Ia mengatakan, para nelayan tidak bisa melaut karena kondisi di tengah laut dipenuhi oleh material sampah yang tersapu oleh banjir.
“Karena beberapa minggu terakhir kan sering banjir, nah itu berpengaruh juga untuk tangkapan nelayan soalnya banyak sampah, ga bisa tebar jaring,” ujarnya.
Ia mengaku, akibat kondisi yang terjadi, pendapatan nelayan anjlok. Biasanya ketika cuaca sedang bagus, hasil tangkapan bisa maksimal, mencapai 1 ton untuk ikan cekong. Namun untuk sekarang turun drastis.
“Kemarin sempat cuaca aga bagus, cuman hasilnya ga maksimal. Cuma dua kwintal, ditambah harganya Rp2 ribu per kilo. Ya ga menutupi modal, yaudah berenti,” ujarnya.
Selama tidak melaut, mayoritas nelayan memilih untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap alat tangkap maupun terhadap perahu milik mereka. Ada juga beberapa nelayan yang mencoba mencari mata pencaharian di darat dengan mengojek.
“Jadi selama ga bisa melaut ya paling kami memperbaiki jaring, ga ada pemasukan. Untuk pemenuhan kebutuhan yang punya tabungan pake tabungannya, yang tidak punya tabungan biasanya meminjam ke juragan kapal,” ujarnya.
Ia mengaku, berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, masa paceklik biasanya akan berlangsung hingga bulan dua atau bulan Februari 2024. “Biasanya dimulai sejak bulan 11 sampai bulan dua, jadi masa paceklik masih panjang,” ujarnya.
Untuk itu, mereka berharap ada perhatian dari pemerintah pusat dengan memberikan bantuan di masa-masa paceklik baik dalam bentuk bantuan langsung tunai ataupun bantuan sembako. Pasalnya, mereka tidak bisa mencari nafkah karena faktor cuaca.
“Setiap bulan 12 positif kan nelayan paceklik, mohon minta dibantu gitu. Karena setiap bulan-bulan 11 sampai bulan 2 itu kondisinya seperti itu,” pungkasnya.
Editor: Abdul Rozak