LEBAK, RADARBANTEN.CO.ID – Ribuan pelajar yang berasal dari sejumlah sekolah SMA dan SMK seluruh Kabupaten Lebak merasa kecewa lantaran gagal tampil menari “Walijamaliha” secara kolosal dalam acara pemecahan Museum Rekor Indonesia (MURI) yang menjadi bagian dari peringatan Hari Kesehatan dan Harvesting BBI BBWI di Stadion Uwes Qorny, Desa Rangkasbitung, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, pada Rabu 12 Desember 2024.
Persiapan para penari yang dilakukan sebulan lebih, harus di bayar dengan kekecewaan, total ada 3.000 penari yang berasal dari sejumlah sekolah SMA dan SMK seluruh Kabupaten Lebak. Meskipun segala persiapan telah dilakukan, ribuan pelajar merasa kecewa karena kabar tersebut disampaikan secara mendadak H-1 oleh panitia menari “Walijamaliha”.
Pendiri Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Seniman Tari Indonesia (DPD ASETI Banten), Endang Suhendar mengungkapkan kekecewaannya terhadap pembatalan ini, yang menurutnya mencerminkan kurangnya apresiasi terhadap seni tari di Banten.
“Tentu mereka sudah mempersiapkan diri mulai dari persiapan sewa kostum, Beli make up, boking mobil bis, dan memesan makanan untuk gelaran acara ini. Lalu siapa yang akan bertanggung jawab?,” kata Endang kepada Radar Banten saat dihubungi melalui telepon.
Kejadian ini tidak hanya di Lebak, tetapi juga merugikan secara material serta berdampak pada mentalitas para peserta. Sebanyak 9.000 siswa dari Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Kota Cilegon yang semula dijadwalkan tampil secara serempak, kini harus menelan kekecewaan mendalam. Penggagalan ini, menurut Endang, dapat berdampak buruk pada apresiasi masyarakat terhadap seni tari di masa depan.
Endang menegaskan pentingnya pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan acara untuk bertanggung jawab, serta meminta Dinas Pendidikan Provinsi Banten untuk memberikan permintaan maaf kepada para siswa dan masyarakat yang telah mendukung kegiatan tersebut.
“Ini bukan hanya masalah kegagalan acara, tapi juga tentang bagaimana kita menghargai dan mendukung seni budaya yang ada,” tandasnya.
Diketahui, Rencana pemecahan rekor MURI ini menjadi ajang yang melibatkan ribuan siswa dari berbagai daerah di Banten, yang telah mempersiapkan diri sejak bulan September. Mereka mempersiapkan kostum, make-up, transportasi, hingga konsumsi untuk kegiatan yang dijadwalkan bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional dan Harvesting BBI BBWI tersebut.
Pelatih Tari di SMK Negeri di Lebak, Arifin, mengatakan bahwa para siswa sudah melakukan latihan dengan giat dan antusias. Namun sangat disayangkan, ia mendapatkan informasi pembatalan sehari sebelum pelaksanaan tari tersebut.
“Sebelumnya sudah ada informasi waktu pelaksanaan diundur, mulanya bulan Oktober, kemudian para siswa tetap berlatih. Namun, ternyata h-1 pelaksanaan baru diinformasikan untuk batal ikut serta,” kata Arifin.
Ia menjelaskan, gagalnya penampilan tari di Lebak karena Lebak saat ini sedang dilanda bencana, sehingga acara tersebut urung di gelar dan membuat ribuan pelajar kecewa.
“Kalo ditanya kecewa, pasti ya. Saya pribadi sebagai pelatih kasian anak-anak yang datang bersusah payah mempersiapkan segalanya. Namun panitia memberi kabar bahwa di Lebak batal digelar dengan alasanya bahwa sedang bencana seperti itu,” terangnya.
Editor: Abdul Rozak