SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Serang Bahagia, menjadi tagline sekaligus janji politik Bupati dan Wakil Bupati Serang Ratu Rachmatuzakiyah dan Muhammad Najib Hamas pada Pilkada Serentak tahun 2024 silam.
Tagline tersebut mampu meyakinkan masyarakat untuk mempercayakan tonggak kepemimpinan dijalankan Zakiyah-Najib.
Namun, untuk mencapai Serang Bahagia tentunya tidak sesederhana kata bahagia. Untuk mewujudkan satu kata yang sarat akan makna tersebut tentunya memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi. Terutama adalah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi, mulai dari angka pengangguran terbuka yang masih diatas rata-rata nasional, kemiskinan, kesejahteraan masyarakat, penanganan persoalan sampah, pembangunan infrastruktur hingga kekuatan fiskal daerah yang masih bergantung pada dana transfer dari pusat.
Pengamat kebijakan publik sekaligus Pendiri Election and Democracy Studies (EDS), Yhannu Setiawan mengatakan, kini Serang Bahagia bukan hanya sekedar tagline politik, melainkan harus menjadi perwujudan dan diimplementasikan dalam bentuk capaian hasil pembangunan.
“Jadi mengukur sudah bahagia atau belum masyarakat Kabupaten Serang, nah itu kita ukur dari indikator-indikator makro pembangunan. Jadi misalnya bagaimana kondisi kesehatannya, tenaga kerja, pendidikan, bagaimana indeks pembangunan manusianya dan lain sebagainya,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa 7 Oktober 2025.
Yhannu mengungkapkan, untuk mewujudkan kebahagiaan di tengah-tengah masyarakat, tentunya hal pertama yang harus terpenuhi ialah pemenuhan kebutuhan dasar dari masyarakat.
Ketika hal tersebut dapat terpenuhi, maka untuk mewujudkan kebahagiaan bagi masyarakat akan semakin mudah.
“Kalau masyarakat kabupaten serang mudah mencari kecra, hasil panennya melimpah, pertambahan dan pertumbuhan infrastrukturnya baik, pendidikan dan kesehatan merata, kalau itu semua baik, maka bahagia itu bisa terwujud,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, saat ini bagi kepala daerah bukan lagi waktunya untuk berkampanye. Kepala daerah harus mulai menyusun strategi untuk mewujudkan janji-janji politik serta menunjukan hasil kinerja yang sudah dilakukan.
Ia mengatakan, selain itu ada juga tantangan yang nyata untuk mewujudkan Serang Bahagia, yakni dengan tata kelola pemerintahan, karena tata pembangunan sangat bergantung pada tata kelola pemerintahan.
“Kalau pemerintahannya aja sampai sekarang masih belum terkonsolidasi, ya tentu akan susah mencapai agenda pembangunan begitu. Salah satu alat ukur nya penempatan pusat pemerintahan kabupaten yang belum selesai,” ujarnya.
Sementara itu, untuk berkurangnya dana transfer dari pusat ke Kabupaten Serang menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi namun tidak bisa dijadikan alasan terhambatnya mewujudkan Serang Bahagia.
“Karena pada saat pelaksanaan mencalonkan diri dan kampanye tidak pernah ngomong saya akan membangun kalau dana transfernya tidak berkurang. Kan enggak ada yang pernah bilang begitu. Janjinya kan akan berinovasi dan membuat terobosan. Membuat perbedaan dengan pemerintahan yang sebelumnya, sehingga mendapatkan kepercayaan publik,” ujarnya.
Menurutnya, agenda pembangunan tidak boleh terganggu hanya karena alasan dana transfer yang berkurang. Seharusnya, dalam perinsip evisiensi yang diterapkan pemerintah pusat, belanja pembangunan harus didahulukan dibandingkan belanja-belanja operasional.
“Misalnya belanja operasional kan belanja mengurus diri sendiri atau pemerintah, itu lebih besar daripada belanja mengurus masyarakat. Nah, kalau seperti itu yang terjadi, apakah kebahagiaan itu akan tercapai?, kan begitu sederhana,” ujarnya.
Ia menerangkan, jika indikator- indikator kebahagiaan sudah dibuat untuk mewujudkan Serang Bahagia. Maka program-program yang dirancang tentunya harus berpatokan terhadap indikator-indikator yang sudah dibuat tersebut.
Editor: Mastur Huda











