ENTAH senang atau sedih yang kini dirasakan Nani (34), usai memutuskan bercerai dengan Dedi (35), keduanya nama samaran. Yang jelas, Nani sampai saat ini masih menyimpan rasa terhadap mantan suaminya itu. Bahkan, masih mengoleksi kenangan selama bersama Dedi dari sejak masa pacaran yang tak bisa dilupakannya.
Dedi memang pemalas, memberikan nafkah seadanya, terlebih dia masih memelihara sifat genit terhadap perempuan. Namun di balik itu, Dedi merupakan sosok lelaki yang romantis, penuh perhatian, dan pengertian. Selain itu wajahnya pun terbilang rupawan. Terlebih, rasa sayangnya terhadap anak tak terhingga. Sikap Dedi itu pula yang mampu membendung niat Nani hingga belasan tahun lamanya, sebelum akhirnya bercerai.
“Yang jelas sekarang saya lega. Soalnya, Mas Dedi enggak punya niat berubah, pemalas. Kita kan perlu makan,” keluh Nani.
Selama berumah tangga, Nani kerap mengandalkan pemberian dari orangtua untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk kebutuhan makan sampai perabotan. Sementara Dedi malah terbuai dengan situasi demikian sehingga lebih banyak diam.
“Sebagai suami atau kepala rumah tangga harusnya kan malu. Mas Dedi bukannya mikir, bisanya malah nyengir,” ujarnya kesal.
Memang diakui Nani, pernikahan mereka dilatarbelakangi married by accident atau hamil sebelum menikah. Akibat buka dikit joss selama pacaran karena mengikuti tren pacaran orang lain, mereka pun kebablasan. Padahal, saat itu keduanya masih mengenyam pendidikan SMA kelas II. Sehingga, orangtua Nani terpaksa menerima Dedi yang terbilang masih bau kencur.
Pastinya, saat itu Dedi belum terlalu mengerti harus bagaimana setelah statusnya berubah menjadi pria beristri. Lantaran itu, orangtua Nani memakluminya kalau Dedi belum bisa memberikan nafkah.
Ketahuan pihak sekolah kalau Nani hamil oleh Dedi, keduanya pun di drop out dari sekolah. Akhirnya mereka melangsungkan pernikahan secara sederhana dan mulai menjalani rumah tangga di sebuah kontrakan dengan maksud agar dapat mandiri
Beruntung Dedi menikahi Nani yang notabene putri dari seorang pengusaha yang tinggal di komplek perumahan cukup elit di Pandeglang. Berbeda dengan Dedi. Keluarganya hidup pas-pasan. Bapaknya pengangguran yang hobinya memiara burung, sementara ibunya buka warung kecil-kecilan.
“Saya terima Mas Dedi apa adanya. Karena saya pikir, kalau sudah rumah tangga, hidup pasti bisa berubah. Apalagi jika punya kemauan tinggi,” terangnya.
Namun ternyata, Nani salah prediksi. Dedi tak pernah sedikit pun berupaya mencari pekerjaan atau bahkan membuat surat lamaran demi kemajuan hidup, malah kerjaannya sehari-hari luntang-lantung tidak jelas.
Bukannya pulang bawa berita baik, ini malah bawa cerita hampa tanpa arah tujuan. Setiap malam, pasti begadang dengan teman-teman tetangganya. Untungnya, sehabis begadang Dedi tidak langsung tidur, tetapi selalu menyempatkan diri mengantar anak ke sekolah.
“Kalau ke anak sih perhatian, ongkos tetap dari saya. Alhamdulilah, saya punya bisnis kecil-kecilan, jualan baju, seprai, pokoknya macam-macam deh. Tapi, tetap ada suplai dari orangtua. Soalnya penghasilan saya belum cukup,” ucapnya bangga.
Baru setelah itu, pada pagi menjelang siang, Dedi mulai menghilangkan rasa kantuknya dengan tidur, sorenya baru keluar jalan-jalan entah kemana. “Bilangnya sih bisnis, tapi enggak pernah ada hasil tuh? Bagaimana mau ada hasil, salat aja enggak pernah, pastinya ke rezeki juga seret,” ucapnya.
Tak jarang, akibat kelakuan Dedi itu, mereka kerap kali cekcok di rumah. Namun, Dedi selalu berhasil meredam amarah Nani menggunakan rayuan mautnya. Dengan cara menuruti semua perintah Nani, seperti mencuci piring, mencuci baju, bahkan masak. Ke anak-anak pun Dedi mau menemani belajar atau bahkan bermain sepuasnya. Tak pernah ada keluhan dari Dedi, malah begitu menikmati ketika sudah berada di dekat kedua anaknya. Makanya, sang anak betah berlama-lama di rumah karena Dedi tak pernah mengacuhkannya. Kondisi itu terjadi selama belasan tahun.
“Ya itu dia, makanya saya berat meninggalkan dia (Dedi-red) karena anak. Tapi kesal juga, setiap saya minta dia mencari kerja, orangnya acuh saja.” makinya.
Puncaknya, Dedi ketahuan main mata dengan perempuan lain. Awalnya genit-genit biasa dengan sang tetangga yang diketahui seorang janda kembang nan bohai, sebut saja Meti (25). Lama-lama Dedi seperti kepincut, sering kepergok jalan bareng sama sang janda dan itu berlangsung selama ber bulan-bulan.
Meski belum mengetahui jika Dedi memiliki hubungan spesial dengan Meti, Nani yang merasa kalah saing gerah juga dengan kehadiran sang janda kembang yang memang sepintas terlihat lebih menggairahkan. Selain itu, Neni juga merasa terganggu, karena Meti si janda mengaku secara terang-terangan kalau dia memang menyukai suami Nani dan mengklaim direspons balik oleh Dedi, Nani pun geram.
“Pas saya tanya, Mas Dedi diam saja, enggak bisa menjelaskan apa-apa. Berarti itu benar kan Mas?” tanyanya. Mana saya tahu Mbak, saya kan bukan Mas Dedi.
Melihat perangai Dedi yang bungkam ketika dipaksa mengakui perbuatannya menjalani hubungan dengan Meti, Nani akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya. Memang diakui Nani, semenjak kehadiran sang janda di kontrakan sebelahnya, banyak kejanggalan pada diri suaminya. Dedi tak lagi seromantis dan bernafsu seperti dulu ketika berhubungan badan. Kemudian, Dedi menjadi jarang begadang dan sering berada di kontrakan di saat Nani sedang usaha di luar. Tentu, hal itu menambah kecurigaan Nani sehingga memaksanya mundur dari dunia Dedi. “Saya capek Mas merasa cemburu terus, makan hati,” ujar Nani
Awalnya sih Nani tidak serius menggugat cerai, ia hanya bermaksud menggertak sang suami. Tapi sepertinya Dedi tidak terusik dengan ancaman Nani. Akhirnya, Nani pun menyeriusi gugatannya sampai tuntas.
“Tadinya saya berharap Mas Dedi mencegah, ingin tahu dia tuh benar-benar cinta sama saya apa enggak. Ternyata, dia malah bilang terserah saya. Ya sudah, anak-anak juga mengerti sama keputusan saya,” terangnya.
Lagipula, tidak ada untungnya bagi Nani yang selalu dibuat sakit hati. Belum lagi, dia tidak mendapatkan nafkah lahir berupa uang belanja bulanan atau pun sekadar buat jajan, nafkah batin juga kadarnya semakin berkurang.
“Pokoknya, sejak kenal janda itu, saya jadi jablay (jarang dibelay-red),” katanya.
Setelah perceraian itu, Nani pun kembali kepada orangtuanya sambil membawa kedua anaknya. Kabarnya, Dedi juga jadi menikahi si janda.
“Makan tuh janda. Saya sakit hati, Mas Dedi tak tahu diuntung. Pas dia menganggur, saya yang cari nafkah tapi malah ini balasannya. Mana tahan. Jadi, sudah enggak mungkin lagi dipertahankan. Lebih baik cari suami lagi,” tegasnya. Ya, saya doakan semoga dapat yang lebih baik Mbak. Amin. (Nizar S/Radar Banten)