ADA yang tidak beres dengan keluarga Jono (35), nama samaran. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Gara-gara sikap istri, sebut saja Mae (34), yang mulai suka berhalusinasi, seolah sedang berkomunikasi dengan makhluk gaib, membuat karier warga Tangerang ini tamat.
Jono yang tadinya sukses meniti karier di dunia entertaiment di Jakarta, kini tak lebih dari sebatas pengangguran. Sehingga menyebabkan dirinya mengalami kesulitan ekonomi yang berlangsung tahunan.
Lima tahun sudah kehidupan rumah tangga Jono dan Mae yang sudah dikaruniai dua anak itu menggantungkan hidupnya di bawah bayang-bayang mertua. Astaga. Malang benar nasibmu Jon.
“Istri saya sekarang aneh, sudah bertahun-tahun. Sering tertawa sendiri, berbicara sendiri, horor kan,” keluh Jono yang cemas dengan perubahan sikap istri. Bukan horor lagi itu mah Bang, ngeri!
Diceritakan Jono, perubahan sikap istrinya, warga Pandeglang, bermula ketika Jono sering meninggalkannya sendirian di rumah kontrakan setelah dua tahun menikah dan dikaruniai anak pertama, anak kedua masih di dalam kandungan. Mae yang pendiam sulit berinteraksi dengan tetangga, membuat Mae menjadi sering mengurung diri di rumah. Sesekali pergi ke rumah orangtuanya. Sementara Jono hanya pulang satu bulan sekali, itu pun jika job sedang sepi. Jono bekerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan event organizer untuk kegiatan entertainment.
Kalau lagi padat acara, Jono bisa pulang dua sampai tiga bulan kemudian. Tentu, hal itu membuat Mae jadi sering melamun di rumah. Pekerjaan Jono yang super sibuk membuatnya jarang menghubungi Mae untuk sekadar berkomunikasi. Oleh sebab itu, Jono semakin menyadari jika selama kepergiannya di Jakarta telah membuat kehidupan Mae terasa hampa.
“Memang salah saya juga, saya jarang menghubungi or menyapa di telepon saking sibuknya. Dipikir saya, istri dan anak-anak senang kalau saya pulang bawa banyak uang. Ternyata?” katanya. Ternyata apa Bang? “Begini jadinya, istri jadi suka melantur. Saya jadi khawatir sama anak, takut jadi korban,” ujarnya.
Kekhawatiran yang terus menghantui perasaan Jono memaksanya membuat keputusan cukup berat, yakni berhenti berkarier di Jakarta. Padahal, gara-gara Jono menggeluti dunia entertaiment, kehidupan keluarganya terbilang sejahtera. Semua kebutuhan terpenuhi, walaupun hanya tinggal di kontrakan. Bahkan, Jono tinggal selangkah lagi membeli rumah dan kendaraan roda empat.
“Sekarang mau bagaimana lagi? Daripada anak saya jadi korban, lebih baik saya mengalah,” ujarnya.
Jono mulai mencoba peruntungan di Serang agar bisa dekat dengan keluarga. Mae dan anak-anaknya pun kembali hijrah ke rumah mertua. Namun, upaya keras Jono tak menuai hasil sampai bertahun-tahun lamanya.
Situasi itu membuat Jono menjadi parasit di rumah karena uang tabungannya juga habis untuk pengeluaran makan sehari-hari, berikut ongkos Jono mencari kerja. Penderitaan Jono semakin bertambah seiring perilaku Mae yang semakin aneh di rumah. Suasana kamar menjadi tak karuan, di mana Mae sengaja menambahkan ornamen-ornamen perdukunan, seperti gantungan dari bawang putih, pembakaran kemenyan, sampai bunga rampai yang biasa digunakan ziarah ke makam. Bahkan, Mae suka dengan suasana kamar gelap-gelapan. Astaga.
“Kalau begitu kan anak-anak jadi takut. Kalau saya sih tetap tidur sama Mae. Tapi anak-anak saya minta bareng neneknya,” terangnya.
Rasa cinta Jono yang begitu dalam terhadap Mae membuat rumah tangganya bertahan sampai sekarang. Meskipun perilaku Mae sehari-hari di rumah terasa menyiksa batin anak-anak maupun mertua, termasuk Jono. Tamu berikut kerabat yang datang ke rumah juga miris melihat kelakuan aneh Mae yang bak dukun. Terlebih, pada malam-malam tertentu, seperti malam Jumat dan malam bulan pertama, Mae kerap mengurung diri di kamar dan selalu mengucapkan jampi-jampi. Jono juga seringkali melihat Mae tertawa sendiri, seolah-olah sedang bercanda dengan makhluk tak berwujud.
Aih aih, Mae sepertinya sedang kemasukan mahluk halus. Beruntung, Mae tidak benar- benar sampai kesurupan, masih bisa berinteraksi normal dengan keluarga maupun tetangga. Kalau urusan ranjang, diakui Jono, tidak ada yang berubah. Mae masih bisa memuaskan hasrat suami dan menikmati beradegan suami istri. Itu yang menjadi tanda tanya Jono sampai saat ini. Hanya saja, Mae sudah tidak salat. Diam di atas hamparan sajadah juga hanya mengucapkan jampi-jampi seperti wirid.
“Kalau ditanya nyambung. Cuma, suka melantur kemana-mana. Berhalusinasi, seolah dia tahu apa yang akan terjadi sama orang yang diajak bicara,” terangnya. Sikap itu bukan berarti Mae pintar peramal.
Lantaran itu, jelas membuat Jono khawatir. Jono sempat mencari menyembuhkan untuk istrinya itu. Pernah dibawa sekali ke kiai, tapi perilaku Mae di depan ajengan tersebut mendadak normal. Sehingga, tidak perlu ada yang diobati dari diri Mae. Lain cerita ketika sudah di rumah, gaya obrolan Mae seperti menggunakan telepati. Banyak mengkhayalnya.
“Aneh kan?” ucap Jono keheranan. Padahal, Mae dulunya orang terpelajar. Mae pernah mengenyam pendidikan tinggi di salah satu universitas ternama di Bandung, Jawa Barat, bareng Jono.
Wajahnya cantik, penampilan juga menarik dan termasuk paling aktif di kampusnya membuat Jono kepincut. Ia terpesona sejak pandangan pertama. Lain dengan penampilannya Mae sekarang. Rambut sengaja dibuat panjang semampai hingga betis, dandanan menor, serta penampilan selalu kusut dan kumuh. Terus, suka berbicara hal-hal yang berbau gaib. Aih-aih seramnya. Beruntung, Mae punya suami sebaik dan sesetia Jono. Tak pernah sedikit pun terlintas dipikiran Jono untuk meninggalkan Mae. Terus, sekarang bagaimana dong Bang?
“Ya, jalani saja. Hanya sesekali saja kok kambuhnya. Diajak jalan keluar, normal tuh. Cuma, karir saya sekarang hancur, masih menganggur saja nih, pusing jadinya,” keluhnya. Sabar ya Bang, Insya Allah ada waktunya. Saya doakan dapat pekerjaan yang lebih baik. Amin. (Nizar S/Radar Banten)