SERANG – Bakal calon walikota Serang Vera Nurlaela Jaman dan Nuraeni bersaing ketat dalam hasil survei yang dilakukan Tim Peneliti Laboratorium Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Untirta. Berdasarkan hasil survei popularitas dan elektabilitas, Vera unggul di tingkat popularitas, sedangkan Nuraeni jauh meninggalkan Vera di tingkat elektabilitas.
Peneliti utama Tim Peneliti Ilmu Pemerintahan FISIP Untirta Anis Fuad mengatakan, pihaknya melakukan survei yang dilakukan sejak 28 Agustus sampai 5 September melalui face to face interview dengan teknik structured interview terhadap 600 koresponden. “Responden itu dipilih secara acak dengan metodik margin error empat persen dengan tingkat kepercayaan 96 persen,” ujar Anis didampingi Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untirta Leo Agustino di ruang serbaguna FISIP Untirta, Jalan Raya Jakarta, Pakupatan, Senin (18/9).
Berdasarkan paparan Anis, popularitas Vera unggul di angka 15,6 persen. Sementara Nuraeni 13,1 persen yang disusul Ayib Najib (Duce) sebesar 8,3 persen. Sedangkan untuk elektabilitas, pihaknya menemukan tingkat popularitas belum tentu berbanding lurus dengan tingkat elektabilitas. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, Nuraeni mendapatkan 25,7 persen, disusul Vera 15,5 persen, dan Ranta Soeharta 10,8 persen.
Kata dia, nama-nama bakal calon yang ditanyakan kepada koresponden dikumpulkan dari nama-nama yang muncul dari media massa. Sedangkan nama-nama baru yang muncul akan kembali disurvei dua bulan ke depan. Melihat hasil survei itu, Anis mengatakan, masyarakat masih meragukan Vera. “Popularitas itu bisa didapat di pamflet atau baliho-baliho, tapi masih belum yakin memilih,” ujarnya.
Sedangkan, tingkat elektabilitas diberikan kepada bakal calon yang dinilai dapat mewujudkan keinginan. “Beda dengan Nuraeni, mereka kenal dan akan memilih,” terang Anis.
Anis mengatakan, responden dibagi rata antara laki-laki dengan perempuan. Usianya pun hampir merata. “Responden terbanyak berasal dari kelompok masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap yakni sebanyak 34 persen, selanjutnya kelompok masyarakat menengah sebanyak 19 persen dengan penghasilan Rp2 juta sampai Rp4 juta, dan terkecil adalah lima persen yang mempunyai penghasil di bawah Rp500 ribu,” urainya.
Latar belakang pendidikan responden terbanyak adalah berasal dari tamatan SMA sebesar 38 persen dan terkecil satu persen dengan latar pendidikan S-2. Untuk itu, harapan terbesar masyarakat terhadap walikota baru yakni pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan peningkatkan pembangunan.
Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untirta Leo Agustino mengatakan, penelitian ini dilakukan tanpa tekanan. Hasil survei ini pun bisa berubah apabila terjadi tekanan di masyarakat dengan berbagai cara.
Kata dia, berdasarkan kesimpulan penelitian itu, masih ada sebagian masyarakat yang belum mengetahui waktu pelaksanaan pilkada tahun depan. Berdasarkan survei, tingkat partisipasinya diprediksi tinggi karena 92 persen responden bersedia untuk memilih, dua persen tidak memilih, lima persen tidak menjawab/tidak tahu, serta satu persen tidak peduli. “Selain itu, tingginya harapan masyarakat atas kepala daerah baru serta popularitas yang belum menentukan elektabilitas,” ujarnya. (Rostinah/RBG)