TANGERANG,RADARBANTEN.CO.ID-Sejumlah mahasiswa, masyarakat dan nelayan yang tergabung dalam Jaringan Rakyat Pantura (JRP) Kabupaten Tangerang menyebut pagar laut sepanjang 30 KM tersebut adalah milik para nelayan yang dibuat secara swadaya untuk budidaya kerang hijau sekaligus mencegah abrasi.
Hal tersebut dikatakan oleh koordinator JRP Kabupaten Tangerang Shandy saat konferensi pers di Desa Karang Serang, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang pada Jumat 10 Januari 2025.
Shandy mengungkapkan, sebenarnya bambu tersebut yang mirip dengan pagar adalah cerucuk yang diperuntukan sebagai tambak apung bersekat ataupun pembatas bidang–bidang untuk menangkal ombak yang mengakibatkan abrasi.
Dibangunnya cerucuk tersebut secara tidak langsung sama seperti pembangunan bagan-bagan yang sejak dulu sudah banyak terdapat di seluruh wilayah pesisir utara Kabupaten Tangerang, dari mulai Desa Tanjung Pasir hingga dengan Desa Muncung.
“Kami ingin sudahi kegaduhan di wilayah utara Kabupaten Tangerang. Karena kami saja yang merupakan warga asli Tangerang Utara tidak membuat gaduh dan diam,” tegas Shandy.
Senada, Tarsin (48) warga setempat mengutarakan bahwa cerucuk bambu tersebut tidak mengganggu sama sekali terhadap para nelayan yang ada di sini.
Malah kata Tarsin, dengan adanya cerucuk bambu tersebut penghasilan nelayan menjadi bertambah. Dan bisa membantu saat sekarang ini yang dirasakan para nelayan sulit mencari ikan.
“Pokoknya kami sebagai warga dan nelayan tidak mau menjadi objek politik di atas. Dan kami tegaskan bahwa di Tangerang Utara Kabupaten Tangerang saat ini sedang baik-baik saja. Jangan dipolitisasi,” keluhnya.
Selain itu, salah seorang nelayan Desa Lontar, Sarbana mengaku dengan adanya patok-patok bambu di pesisir pantai tersebut membuat kerang di laut berkembang biak.
Hal tersebut tentu saja akan menjadi pundi-pundi penghasilan harian bagi dirinya sebagai nelayan yang ada di pinggiran.
“Saya udah cek di bambu-bambunya kemarin, itu ada banyak kerang hijau kecil-kecil, yang di mana itu bisa diambil dan dijual oleh kami,” tutup Sarbana.
Reporter: Mulyadi
Editor: Agung S Pambudi