DILANDASKAN dendam, Rahmat (30), tega mempermainkan hati Ipah (29), keduanya nama samaran, yang sempat menjadi istri sahnya. Sifat Ipah yang super manja dan cemburuan, dijadikan Rahmat sebagai alasan untuk bercerai. Padahal, usia pernikahan mereka baru seumur jagung. Ternyata alasan di balik itu, Rahmat masih menyimpan perasaan benci pada masa silam. Rahmat pernah dibuat sakit hati oleh Ipah yang berparas cantik jelita.
Rahmat yang sejatinya cinta mati terhadap Ipah, ternyata hanya mendapat penolakan mentah-mentah. Kejamnya Ipah, penolakan disertai kata-kata kasar dan cercaan terhadap Rahmat. Lantaran itu, Rahmat saat itu merasa terhina. Efeknya, terlintas dibenak warga Pandeglang tersebut mencari cara membalas sakit hatinya. “Ya itu, dia, cerai balasannya. Padahal, saya lagi sayang-sayangnya,” aku Ipah dengan mata berlinang mengenang pengalaman pahitnya pertama kali membina berumah tangga saat berbagi cerita dengan wartawan.
Menikahi Ipah memang menjadi bagian dari rencana Rahmat. Rahmat sepertinya begitu memahami perasaan wanita. Jika sudah dapat madunya, pastilah sang hawa akan luluh lantak dan tunduk selamanya. Benar saja, hal itu pun terjadi kepada Ipah yang merasakan sakit hati teramat dalam ketika ditinggalkan Rahmat. Ipah tak sadar jikalau Rahmat adalah lelaki yang pernah ditolaknya semasa masih duduk di bangku sekolah tingkat menengah.
Ipah dipertemukan kembali dengan Rahmat setelah keduanya masuk jenjang kuliah di universitas yang sama di Serang. Mungkin, karena penampilan Rahmat berubah menjadi lebih nyentrik atau bagaimana, membuat Ipah terpana dan melupakan sosok Rahmat yang dulu pernah ditolaknya. Yang jelas, pesona Rahmat sudah menghipnotis Ipah sejak pertama kali bertemu. Ipah makin kesengsem dengan gaya Rahmat yang begitu gentle. Awal kenalan, Rahmat tak banyak bicara, orangnya langsung to the poin. Ipah sampai tak bisa menolak ajakan Rahmat untuk berkenalan dan berniat mengenal lebih jauh.
“Pokoknya, bedalah, waktu itu aku langsung suka aja lihat Mas Rahmat. Orangnya ganteng, penampilannya gaul, ditambah pake motor sport, makin gagah aja,” terangnya. Aw aw aw. Ternyata matrealistis juga.
Hanya berselang satu bulan, keduanya makin intens bertemu dan sering komunikasi melalui ponsel dan medsos, sampai antar jemput pulang kuliah. Hal itu membuat Ipah tak bisa lagi menolak permintaan Rahmat yang ingin melanjutkan hubungan ke arah yang lebih serius. Seperti buaya yang keluar dari sarangnya, setelah menjalin asmara, Rahmat sengaja bertahan dengan sikap manja Ipah dan menuruti apa kata Ipah selama pacaran. Tentunya dengan maksud agar Ipah merasa Iba dan luluh nantinya. Pada akhirnya, Ipah benar-benar jatuh cinta kepada Rahmat.
“Awal hubungan, saya manja banget sama Mas Rahmat. Apa-apa maunya diturutin, tapi Mas Rahmat mau saja nurutin saya. Enggak tahu kalau di balik itu semua ada tujuan menceraikan saya,” jelasnya. Wow… strategi yang jitu. Waktu itu, Ipah percaya saja karena sikap Rahmat cukup meyakinkan dan menjanjikan.
Setelah lulus kuliah, Rahmat diterima di perusahaan properti. Dengan kelihaian Rahmat menjual produk, membuat karirnya terus meningkat sampai dipromosikan menempati posisi jabatan strategis. Beda dengan Ipah yang masih berkutat dengan nasibnya sebagai marketing biasa. Tentu saja, hal itu menjadi kabar menggembirakan bagi Ipah dan mulai menikmati statusnya sebagai pacar Rahmat. Terlebih, ketika Rahmat berniat melamar dan ingin melepaskan masa lajangnya bersama Ipah. Alangkah bahagianya Ipah. “Hari itu menjadi momen paling indah pokoknya. Enggak pernah terpikir kalau rumah tangga kita pada akhirnya kandas juga,” keluhnya.
Awal menikah, tentunya memberikan kesan istimewa bagi keduanya. Apalagi, untuk kali pertama mereka melakukan prosesi buka-bukaan hingga berpangku tangan pada malam pertama. Jangan salah, meskipun manja, Ipah termasuk wanita yang mampu menjaga kehormatan. Begitu sih pengakuannya.
“Selama pacaran, paling kita sebatas ngobrol saja,” akunya. Masa sih? Nempel kali dikit-dikit mah. “Sumpah Mas, keluarga saya termasuk fanatik agama. Bahkan, Mas Rahmat adalah pacar pertama saya. Sebelumnya, enggak pernah pacaran. Enggak pernah ada yang tahan kalau sudah kenal orangtua saya,” tegasnya. Iya deh percaya.
Merasa makin sayang, Ipah menjadi banyak melarang ini itu, baik di rumah maupun di tempat kerja Rahmat. Namun, Rahmat hanya diam dan terus mengumbar senyum di depan Ipah, mungkin karena belum pada puncak rencananya. “Di apa-apain juga, Rahmat nurut saja. Jadinya, saya makin sayang dan cemburuan, takut kehilangan,” ucapnya.
Setelah tiga bulan usia pernikahan, dimana masa-masa itu menjadi masa paling indah bagi pasangan muda yang baru menjalani rumah tangga, justru menjadi awal petaka setelah Rahmat menjalankan aksinya. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba saja Rahmat menceraikan Ipah. Padahal, saat itu Ipah tengah mengandung. Sikap over protektif dan sikap manja Ipah dijadikan pokok permasalahan utama. Tentu saja, Ipah kaget dan tak percaya. Namun, melihat sikap Rahmat yang seolah sudah tak perduli lagi dengan semua permintaan Ipah, serta mulai bersikap acuh tak acuh, menunjukkan bahwa ada sesuatu dibalik keputusannya yang terbilang mendadak tersebut. “Sakit rasanya Mas, tiba-tiba saja minta cerai. Saya heran, kita enggak pernah ada masalah. Alasannya, sikap saya manja. Padahal saya jawab mau berubah, tapi Mas Rahmat tetap dengan pendiriannya,” terangnya.
Sampai akhirnya, Rahmat mengaku bahwa tujuan menikahi Ipah hanya untuk membalas dendam atas sakit hatinya dulu. “Saya bilang, yang lalu biarlah berlalu, kita buka lembaran baru. Pernyataan saya itu tak pernah lagi didengarkan, siapa yang enggak marah,” terangnya. Mungkin, Allah berkehendak lain Mbak. Sabar saja.
Meski sakit, pada akhirnya Ipah mau menandatangani surat perceraian yang diajukan Rahmat. Menurutnya, dipertahankan pun percuma. “Kalau suami sudah enggak cinta, hambar rasanya,” ucapnya. Sejak perceraian itu, Ipah mengurus bayi dalam kandungannya dibantu orangtua sampai sang jabang bayi lahir.
Namun, dengan wajah manis yang dimiliki Ipah, tak butuh waktu lama untuk menemukan sosok pengganti ayah baru untuk anaknya. “Alhamdulilah, saya punya suami yang lebih baik. Walaupun, kalau lihat anak suka ingat sama Mas Rahmat. Mudah-mudahan, bisa segera melupakan masa kelam itu,” harapnya. Iya dong Mbak, sudah waktunya move on. Pengalaman pahit itu bukan untuk dikenang. Ya salam. (Nizar S/Radar Banten)