BAGI yang mencari rezeki dengan cara tidak halal, sebaiknya segera tinggalkan. Carilah nafkah dengan cara baik dan benar. Sekelumit nasihat itu datang dari Udin (37), nama samaran.
Udin bukan ustaz atau pun ulama, melainkan hanya orang awam yang mempunyai pengalaman pahit membina rumah tangga. Itu lantaran Udin mengais rezeki dengan cara tidak halal.
Belum mempunyai pekerjaan tetap, Udin kerap memanfaatkan atributnya sebagai anggota sebuah lembaga organisasi masyarakat untuk mencari nafkah dengan cara tidak wajar. Semisal, meminta-minta dan pressuring (memaksa) pada orang yang mempunyai prospek rupiah dengan nada ancaman sehingga mau berbagi rezeki.
“Hidup saya insya Allah sekarang berkah. Rezeki ada aja, walaupun kerja serabutan. Mudah-mudahan pernikahan saya yang ketiga ini bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah,” harap Udin. Amin.
Udin dari dulu sadar bahwa profesi yang dijalaninya tak sesuai hati nurani. Namun, kesulitan ekonomi memaksa Udin terjun ke dunia ‘seni’ alias seneng nipu. Padahal, tak sedikit warga yang mencibir akibat citra buruk yang melekat pada profesi yang sedang dijalani Udin saat itu.
Tak sadar, ternyata profesinya yang mengandung risiko tinggi itu, dilihat dari segi agama bisa menghancurkannya. Benar saja, Udin kena batunya, ia merasakan dua kali getirnya kehidupan berumah tangga. Udin terus-terusan mendapat cobaan dari Sang Pencipta, yakni diselingkuhi dan ditinggal mati istri-istrinya. Ujung-ujungnya, anak-anaknya yang menjadi korban.
“Saya punya dua anak dari dua kali pernikahan saya. Sekarang mereka menyebar. Yang pertama ikut ibunya, dari istri yang meninggal ikut mertua. Sekarang saya tinggal sama istri baru di kontrakan,” terangnya.
Di pernikahan pertama pada 2008, Udin yang saat itu menginjak usia 25 tahun awalnya bahagia. Soalnya, Udin mampu meminang hati kembang desa, sebut saja Eha (22). Setelah dua tahun berpacaran, kebahagiaan Udin makin sempurna tatkala Eha menerima lamarannya. Proses pernikahan pun berlangsung meriah. Riuh suara kasidah cukup menghibur para tamu undangan yang mayoritas dihadiri para santri dan alim ulama. Maklum saja, tradisi keagamaan di kampung masih kental sehingga jarang yang menyewa orkes dangdutan.
Meski begitu, keduanya mampu menunjukkan rona bahagia dan satu sama lain merasa yakin bisa mempertahankan rumah tangganya sampai tua. Tibalah saat yang dinanti, tak lain tradisi malam pengantin. Singkat cerita, kisah asmara Udin dan Eha pun hanya mampu bertahan tiga tahun dan dikaruniai satu anak perempuan.
“Di ranjang, dengan istri pertama, ya biasa aja. Waktu itu nafsu-nafsu aja, enggak ngeliatin tanda-tanda negatif,” ungkapnya.
Seperti sudah tertata rapi dan terencana, ponsel Eha pun selalu tergeletak begitu saja dan tidak pernah menunjukkan sikap mencurigakan. Disuruh suami selalu menuruti, begitu pula ketika diajak berhubungan badan, Eha tak pernah menolak. Malah, bisa bikin Udin ketagihan dengan servis yang tahan lama.
Semua kebutuhan Udin di rumah mampu dipenuhi Eha dengan baik. Tak dinyana, Eha yang dikenal pendiam, di belakang Udin bermain api dengan pria lain yang sudah beristri. Ow ow ow, Eha jahat.
Entah karena lupa atau sengaja, atau memang tak bahagia, Eha yang hidupnya pas-pasan dengan Udin tak pernah angkat bicara sampai gugatan cerai dilayangkan. Sampai saat ini, Udin tak pernah menemukan jawabannya.
“Enggak ada gerak-gerik mencurigakan, hanya hati saya merasa enggak tenang aja. Benar ternyata ia selingkuh dengan pria beristri. Saya enggak banyak basa-basi waktu itu, langsung ajak cerai aja. Anak ikut mantan istri,” terangnya.
Trauma akan pernikahan pertama, Udin mencari peruntungan dengan menjadi TKI di Arab Saudi. Selama dua tahun, Udin berkelana di negeri raja minyak itu dan bekerja sebagai sopir. Dengan alasan ingat orangtua, Udin kembali ke Tanah Air dan kembali ke habitatnya menjalani profesi seperti dulu. Kumat deh. Siang malam Udin mencari peruntungan dari hasil keringat orang.
Seiring waktu setelah empat tahun menduda dari 2011 sampai 2015, Udin yang memang tipikal suami setia pada pernikahan keduanya harus mengikuti peran dalam kisah Siti Nurbaya. Udin dijodohkan orangtua dengan gadis desa yang merupakan anak kenalan bapaknya.
Tak butuh waktu lama untuk Udin menerima perjodohan itu. Terlebih, perempuan yang akan dijodohkan dengan Udin parasnya cukup manis, sebut saja Maya (25). Namun, rumah tangga Udin kembali kandas setelah berjalan dua tahun dan dikaruniai satu anak.
Lagi-lagi cobaan mengadang. Kali ini beda, istri keduanya itu bukannya selingkuh, melainkan meninggal dunia akibat terkena penyakit kronis paru-paru. Udin tak kuat menahan tangis waktu itu. Apalagi, ia juga ditinggal anak keduanya yang ikut dengan mertua.
“Saya sempat bertanya-tanya, dosa apa saya sampai dua kali diberikan cobaan. Saya sadar kalau apa yang saya kerjakan dalam mencari nafkah itu dosa,” ujarnya. “Ada hubungannya dengan nilai-nilai agama,” tambahnya.
Setahun kemudian, Udin mendapat jodohnya yang ketiga, gadis juga, sebut saja Linda (27). Widih, beruntung banget nih Udin, tiga kali dapat perawan. Ada triknya enggak tuh?
“Modalnya jujur dan apa adanya saja,” jawabnya.
Berawal dari kenalan di medsos, hubungan Udin berlanjut sampai ke pelaminan yang dilaksanakan sederhana. Lantaran meminang anak dari alim ulama, Udin pun mulai beradaptasi dan meninggalkan kerjaannya yang dianggap sebagai biang masalah karena dirasa tidak halal.
Hubungan asmara rumah tangga mereka kini sudah berjalan dua bulan. Sejak itu, Udin mulai sadar kalau profesi yang dijalaninya selama ini bertentangan dengan agama dan hati nuraninya. Gaya Udin pun mulai berubah total, lebih religius. Penampilannya rapi, berkemeja, mengenakan peci, serta berjanggut. Sudah jadi ustaz nih ceritanya.
“Alhamdulillah, sejak saya mengenal agama lebih dalam, hidup saya lebih cerah. Sekarang kerja apa saja yang penting halal, kadang ngojek, kadang jadi buruh serabutan, apa saja istri tetap senang, rezeki ada aja, daripada nganggur. Kalau dulu, mungkin hasil penghasilan saya enggak berkah. Doain aja, semoga kehidupan saya berubah menjadi lebih baik,” harapnya. Amin. (Nizar S/Radar Banten)